Di suatu pagi yang tenang, Fajar duduk termenung di teras rumahnya. Hujan gerimis sejak tadi malam masih menyisakan tetesan air yang jatuh dari genting. Pikiran Fajar berkecamuk. Beberapa hari yang lalu, ia kehilangan pekerjaannya karena perusahaan tempat ia bekerja bangkrut. Di tengah tanggung jawab sebagai kepala keluarga, kehilangan pekerjaan adalah pukulan berat bagi Fajar.
“Ya Allah, kenapa Engkau berikan ujian ini di saat aku masih harus menghidupi keluargaku?” gumamnya pelan, tak mampu menyembunyikan rasa kecewa yang membebani hatinya.
Sore harinya, Fajar memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman dekat rumahnya. Di sana, ia melihat seorang lelaki tua sedang duduk di bangku, dengan kitab kecil di tangannya. Lelaki itu tampak tenang meski tubuhnya sudah renta. Fajar memutuskan untuk menghampirinya.
“Assalamu’alaikum, Pak,” sapa Fajar.
“Wa’alaikumussalam,” jawab lelaki tua itu ramah. “Kau terlihat bingung, Nak. Ada yang bisa kubantu?”
Fajar menarik napas panjang. “Saya baru saja kehilangan pekerjaan, Pak. Rasanya berat sekali. Saya merasa dunia saya runtuh.”
Lelaki tua itu tersenyum tipis dan mengangguk pelan. “Setiap manusia pasti akan diuji, Nak. Ada masa-masa sulit dalam hidup, dan itu wajar. Tapi, tahukah kau, di balik setiap musibah selalu ada hikmah yang tersembunyi?”
Fajar terdiam, mencoba mencerna kata-kata lelaki tua itu.
“Kau tahu,” lanjut lelaki itu, “Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
‘Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.’ (QS. Al-Insyirah: 5-6).”
Fajar menunduk, mencoba merenungkan makna ayat tersebut. Lelaki tua itu melanjutkan, “Jangan terlalu larut dalam kesedihan, Nak. Mungkin Allah menyiapkan sesuatu yang lebih baik untukmu, tapi kau harus tetap bersabar dan mencari hikmahnya.”
Hari itu, kata-kata lelaki tua itu seperti embun yang menyejukkan hati Fajar. Ia pulang dengan perasaan yang lebih tenang. Keesokan harinya, Fajar memutuskan untuk tidak menyerah. Ia mulai mencari peluang baru dan lebih rajin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ia yakin bahwa di balik musibah yang ia alami, Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik.
Dua bulan kemudian, Fajar diterima bekerja di sebuah perusahaan yang lebih baik dari tempat kerjanya sebelumnya. Pengalamannya selama dua bulan menganggur justru membuatnya lebih sabar, lebih tekun dalam bekerja, dan lebih bersyukur atas setiap nikmat yang ia terima.
“Sungguh, Allah memang tidak pernah membebani seseorang di luar kemampuannya,” gumam Fajar, mengingat pelajaran yang ia dapat dari lelaki tua di taman itu
“Musibah adalah pintu hikmah yang Allah buka untuk hamba-Nya yang sabar. Karena sesungguhnya setelah kesulitan selalu ada kemudahan.”