Ilmu

Epistemologi Ilmu dalam Islam

Sering terjadi kekeliruan dikalangan kaum Muslim mengenai teori ilmu, atau dalam bahasa akademisnya disebut dengan “epistemologi ilmu”. Berbicara tentang ilmu, tentu tidak lepas dari epistemologi sebagai sebuah aliran dalam diskursus filsafat tentang bagaimana manusia memperolah ilmu, sumber ilmu, teori mendapatkan ilmu.

Jika sedikit di flashback teori tentang cara mendapatkan ilmu telah dibahas tuntas oleh para ulama. Yang menjadi permasalahan adalah, munculnya teori-teori baru yang digawangi oleh para pemikir Barat sehingga ilmu yang dihasilkan bukannya mencerahkan pikiran manusia, sebaliknya membingungkan dan mengacaukan pikiran insani. Berikut ini akan dibahas bagaimanakah epistemologi ilmu dalam pandangan Islam, berikut elaborasinya.

Tentang epistemologi ilmu, beberapa genre buku terkait isu epistemologi ilmu telah banyak dikupas. Salah satu buku suntingan Ismail al-‘Alam yang berjudul Nafi, Isbat dan Kalam karangan Dr. Ugi Suharto. Dengan bernas Dr. Ugi menjabarkan mengenai epistemologi ilmu dan beberapa kekacauan serius yang timbul dikalangan umat Islam.

Di dalam buku al-Aqaid an-Nasafiyah, salah satu buku aqidah yang menjadi rujukan ahlus-sunnah wal jama’ah. Buku ini membicarakan tentang epistemologi, sebagaimana telah marak diperbincangkan dalam kajian kontemporer. Sebagai sebuah fakta menurut Dr. Ugi, misalnya argumentasi “Al-Haqâiq al-Asya’ tsâbitun wal ‘ilm bihâ mutahaqqiqun khilafan lî ash syufastaiyyah” (Hakikat sesuatu adalah tsabit. Dan pengetahuan kita tentang hakikat tadi adalah benar, berbeda dengan para sophist). Pernyataan ini merupakan pembahasan tentang epistemologi.

Lebih lanjut, Dosen IIUM ini menambahkan persoalan bagaimana cara dan sebab manusia menerima ilmu kemudian dari sumber mana ilmu itu diperoleh. Pertama, melalui panca idera yang lima. Kedua, melaui al-aqlussalîm (akal yang sehat). Ketiga, melalui khabar shadîq (berita yang benar). Dari ketiga cara inilah manusia memperoleh ilmu. Dalam bahasa kekinian disebut sebagai sumber empiris, sumber rasional dan sumber otoritas.

Karenanya, manusia dapat mendapatkan ilmu dengan cara melihat, berpikir dan menerima berita. Dapat juga dikatakan tiga sumber. Pertama sumber inderawi. Kedua sumber aqli dan ketiga sumber yang bersifat khabari. Penglihatan adalah lambang panca inderawi dan pendengaran adalah lambang dari khabar shadiq dan akal pikiran adalah lambang dari akal yang sehat. Dengan ini jelas bahwa dari ketiga sumber inilah ilmu diperoleh.[1]

Wallahua’lam bis showab

[1] Dr. Ugi Suharto, Nafi, Isbat dan Kalam: Bunga Rampai Postulat Pemikiran Islam. Penyunting, Islamil Al-‘Alam, (Bandung: Pimpin dan Yogyakarta: Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara, 2022), 184-186


Related posts

Harmoni: Antara Ilmu dan Zikir

Sofian Hadi

Tradisi Keilmuan dalam Islam [2] selesai

Sofian Hadi

Menuju Kesempurnaan Ibadah Bagian Empat

Sofian Hadi

Menuju Kesempurnaan Ibadah

Sofian Hadi

Harga Sebuah Keyakinan (Telisik Kemenangan Khabib Nurmagomedov)

Sofian Hadi

Tradisi Keilmuan dalam Islam [1]

Sofian Hadi

Leave a Comment

error: Content is protected !!