Pada suatu hari, Rasulullah Saw keluar dari rumah beliau. Beliau menuju masjid. Setelah lama berjalan, Rasulullah mendapatkan 2 kelompok yang sedang berkumpul. Kelompok pertama terlihat mereka sedang membaca al-Quran dan sedang bermunajat (zikir) kepada Allah. Kemudian kelompok ke dua, mereka sedang sibuk mempelajari dan mengkaji ilmu.
Rasulullah Saw berhenti sejenak kemudian berkata: “Keduanya berada dalam kebaikan”.
Kelompok pertama dalam kebaikan, karena mereka sedang membaca Qur’an dan bermunajat kepada sang Pencipta. Kalau mereka meminta kepada Allah, jika Allah berkehendak pasti akan dikabulkan do’a-do’a mereka, dan begitupun sebalaiknya, Allah tidak akan mengabukan do’a mereka jika Allah tidak berkenan menerimanya.
Adapaun kelompok yang kedua. Mereka yang sedang sibuk dengan belajar-mengajar ilmu pengetahuan, sesungguhnya aku diutus untuk itu. Rasulullah pun bergabung bersama kelompok yang ke dua. (Disarikan dari Sunan Ibnu Majah).
Kisah diatas, adalah cermin yang dipantulkan kepada kita sebagai umat Rasulullah Saw. Umat yang tidak boleh berhenti dalam menuntul ilmu. Ilmu adalah nikmat yang akan diberikan Allah kepada mereka yang menuntut, mencari dan menggali ilmu tersebut. Ilmu tidak diberikan kepada orang yang malas dalam menuntutnya.
Sudah begitu banyak pelajaran yang bisa dijadikan catatan, bahwa para ulama, cendekiawan, dan pemikir-pemikir Islam tidak membiarkan sedikit waktu mereka berlalu tanpa belajar dan mencari Ilmu. Bagi mereka ilmu adalah senjata untuk melawan kejahilan dan kebodohan. Ilmu adalah tameng untuk menangkis subhat. Dengan ilmu maka tinggilah derajat manusia.
Siapa yang tidak mengenal sahabat Rasulullah Saw, Abdullah Bin Abbas. Beliau adalah staf ahli tafsir Qur’an Rasulullah Saw. Sampai-sampai sahabat-sahabat yang lain selalu memuji kepintaran dan kecerdasan Ibnu Abbas. beliau adalah sahabat yang selalu merasa ingin tahu dan belajar dari Rasulullah dan sahabat-sahabat lainnya. Padahal sebenaranya beliau sendiri lebih cerdas dari sahabat yang lain.
Apakah kita sebagai muslim yang hidup pada jaman sekarang bisa seperti beliau? Jawabanya sangat bisa. Kenapa kita lantas tidak mau berusaha. Kenapa kita lantas berhenti mempelajari dan menuntut ilmu dan ‘merasa’ diri kita sudah sangat pintar, cerdas dan merasa berpengetahuan luas. Padahal kita sebenarnya masih sangat jahîl dan jauh dari ilmu-ilmu yang itu.
Dua kelompok yang ditemuai Rasulullah Saw, baik itu ahli zikir, ahli Qur’an dan ahli ilmu adalah gambaran kebaikan yang sama-sama mempunyai tujuan (taqarrab) mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kedua kelompok ini bergelut dengan kebaikan dan Rasulullah Saw memuji dan memberikan penghargaan kebaikan atas mereka.
Bukankah, manusia butuh ketenagan dan kebahagiaan? Bukankah manusia butuh cara terbaik untuk mendekat kepada Allah? Maka ketenangan, kebahagiaan dan cara terbaik untuk dekat dengan Allah adalah dengan zikir, membaca al-Quran, dan menjadi ahli ilmu. Dua kebaikan tersebut adalah pintu kebaikan dan menjadi tameng kejahilan dari segala macam hal yang menjerumuskan kita untuk berpaling dari Allah Swt.
Semoga kita selalu berusaha menjadi yang terbaik. Berusaha untuk zikir dan menuntut ilmu dalam sisa nafas kita. Berusaha menjadi muslim yang ingat akan kekurangan kita. Dan berusaha menjadi muslim yang tetap setia dengan al-Qur’an haus akan ilmu dan haus akan kebaikan.
Wallhu a’lam Biss Showâb