Ilmu

Menuju Kesempurnaan Ibadah

Di dalam pembukaan buku Minhajul Abidîn, Imam Abu Hamid al-Ghazali menyusun 7 (tujuh) tahap seorang mu’min menuju puncak kesempurnaan ibadah. Ke 7 tahap ini adalah sebuah ilham yang diberikan Allah kepada Imam al-Ghazali. Adapun ke tujuh jalan tersebut adalah:

1.     Tahapan ilmu

2.     Tahapan taubat

3.     Tahapan penghalang

4.     Tahapan rintangan

5.     Tahapan pendorong/motivasi

6.     Tahapan perusak  dan pencemar ibadah

7.     Tahapan pujian dan syukur

Ketujuh tahap tersebut merupakan jalan atau tingkat (hirarki) menuju kepada derajat kesempuarnaan ibadah. Berikut akan diuraikan tahapan pertama dari jalan kesempurnaan tersebut. Adapun keenam tahap lainnya akan dijelaskan dalam waktu yang berbeda.

Tahapan Ilmu

Semoga taufik Allah Swt. tercurah kepada kita semua.

Wahai para pencari keikhlasan, yang ingin mencapai kesempurnaan ibadah, hal pertama yang harus kau miliki adalah ilmu. Sebab ilmu menjadi pusat segala hal. Perlu diketahui pula bahwa ilmu dan ibadah laksana sepasang permata. Dan dua hal itu bisa kau lihat pada karya-karya para penulis, ajaran para  guru, nasihatnya para penasihat dan penelitiannya para peneliti. Karena keduanyalah, kitab-kitab samawi dirurunkan dan para rasul diutus. Bahkan, karena keduanyalah langit dan bumi ini diciptakan. Mari renungkan ayat yang mulia ini.

Firman Allah yang pertama;

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ
وَّمِنَ الْاَرْضِ مِثْلَهُنَّۗ يَتَنَزَّلُ الْاَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوْٓا
اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ەۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَحَاطَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Talâq [65] ayat 12)

 

Ayat ini cukuplah menjadi bukti atas kemuliaan ilmu. Khusunya ilmu tauhid.

Firman kedua Allah berbunyi;

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

    “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku

(QS. Dzâriyât [51] ayat 56).

Ayat ini cukup menjadi bukti atas kemuliaan ibadah dan kewajiban setiap makhluk untuk melaksanakannya. 

Maka agungkanlah dua hal ini (ilmu dan ibadah) karena keduanya adalah tujuan dari penciptaan dua kehidupan.[1] Telah menjadi keharusan bagi seorang hamba untuk tidak disibukkan dan dibebani oleh segala hal selain keduanya. Tidak layak beginya untuk berpikir, kecuali hanya berpikir tentang keduanya.

Ketahuilah, bahwa segala perkara selain ilmu dan ibadah adalah batil dan tidak mengandung kebaikan sedikitpun. Dan juga merupakan sebuah kesia-siaan dan tidak memiliki manfaat sama sekali.[2] Jika engkau telah mengetahui hal tersebut, maka engkau harus tahu bahwa diantara kedua permata itu, ilmu menjadi perkara yang paling mulia dan paling utama (dibadingkan ibadah).

Karena itu Rasulullah Saw. bersabda; “Sesungguhnya perumpamaan keutamaan orang alim (berilmu) atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang-rang yang paling rendah dari umatku.”[3]

Di dalam hadits lain Rasulullah Saw. bersabda; “Sekali melihat wajah orang alim, lebih aku sukai daripada wajah orang yang beribadah selama setahun dengan puasa di siang hari dan shalat di malam harinya.”[4]
Rasulullah juga pernah bersabda “Maukah kalian aku beri tahu siapa yang paling mulia diantara penghuni syurga?” Para sahabat menjawab “Tentu wahai Rasulullah” kemudian Rasulullah bersabda “mereka adalah para ulama dari kalangan umatku”[5]

Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa ilmu merupakan permata yang paling utama daripada ibadah. Oleh karena itu, seorang hamba harus beribadah dengan ilmu yang dimilikinya. Jika tidak, ilmunya bagai debu yang tertiup angin.

Sebab ilmu laksana pohon, sementara ibadah laksana salah satu buah dari banyak buah. Kemuliaan memang menjadi milik pohon, karena dialah yang menjadi pokok pangkalnya. Akan tetapi, manfaatnya hanya hanya dapat terwujud dengan adanya buah yang dihasilkan. Ibadah harus dilakukan agar kemuliaan ilmu terjaga. Dengan demikian seorang hamba harus memiliki keduanya, Ilmu dan Ibadah. (Bersambung…)

 

Disarikan dari buku “Minhajul Abidîn” karya terakhir Imam al-Ghazali, terjemahan Fuad Syaifudin Nur diterbitkan oleh Turos Pustaka. Cet.ke 2, Maret 2021. Hal. 38-40

Semoga bermanfat.

Wallhu’alam Bisshowâb



[1] Kehidupan dunia dan kehiduoan akherat.

[2] Maksud Imam al-Ghazali adalah semua hal selain ilmu dan ibadah di dunia ini adalah hal yang remeh dan tidak penting. Namun, hal-hal tersebut akan terangkat nilainya jika dibubuhi dengan dengan nilai-nilai ilmu dan ibadah.

[3](Diriwayatkanoleh Ibnu Majah (1/80) bab fadhl al-‘Ulama. Hadits nomor 223. Juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzî dari Abu Umâmah dengan sanad marfu’ (shahih).  

[4] (Dicantumakan dalam kitab Kasf alKhafâ (2/421) sebagai komentar untuk hadits nomor 2811, juga dicantumkan dalam kitab Dhâ’if al-Jami’ ash-Syaghîr wa Ziyâdâtuhu dengan sanad dhaif (6/14) (lemah).

[5] (Diriwayatkan oleh as-Suyûthî dalam al-jami’ ash-Shaghîr hadits nomor  2875 dengan sanad dhaif.)

Related posts

Tradisi Keilmuan dalam Islam [1]

Sofian Hadi

Harga Sebuah Keyakinan (Telisik Kemenangan Khabib Nurmagomedov)

Sofian Hadi

Tradisi Keilmuan dalam Islam [2] selesai

Sofian Hadi

Menuju Kesempurnaan Ibadah Bagian Empat

Sofian Hadi

Menuju Kesempurnaan Ibadah Bagian dua

Sofian Hadi

Epistemologi Ilmu dalam Islam

Sofian Hadi

Leave a Comment

error: Content is protected !!