Sebenarnya ranting di udara yang diiringi banyak buah; menjalar ke seluruh akar di dalam batu karang keras dan bagaimana ia menyimpan nutrisi di bawah tanah.
Lalu dedaunan hijau yang dapat menahan cuaca panas namun kondisisnya tetap segar; semua itu merupakan tamparan keras yang membungkam mulut kaum materialis, para penyembah kausalitas.
Sekaligus sebagai serak keras yang menggema di wajah mereka dimana ia berbunyi, “kondisi keras dan panas yang kita yakini sesungguhnya tidak bekerja dengan sendirinya, melainkan hanya melaksanakan tugas sesuai perintah Tuhan di mana perintah tersebut membuat akar yang halus yang lembut itu sepeti tongkat Musa yang memecahkan batu karang dalam ayat al-Qur’an berbunyi:
“Kami berfirman: Pukullah batu itu dengan tongkatmu”
Pertanyaan: Kita memberikan penghormatan kepada orang yang menjadi perantara datangnya nikmat kepada kita. Lalu sebagai Dzat pemilik seluruh nikmat, yaitu: zikir, syukur, dan pikir
Jawabanya: Allah menuntun tiga hal dari kita sebagai harga diri nikmat yang mahal tersebut, yaitu; zikir, syukur dan pikir.
Dalam hal ini, bismillâh sebagai pembuka merupakan zikir, alhamdulillâh sebagai penutup adalah syukur, sementara apa yang berada di antara keduanya adalah pikir, yaitu merenungi dan menyadari bahwa nikmat-nikmat yang berharga tersebut merupakan mukjizat qudrah Tuhan Yang Maha Esa serta hadiah Rahmat-Nya yang luas.
Jika kita tidak mau seperti orang bodoh di atas, maka berilah dengan nama Allah, ambillah, mulailah, dan bekerjalah denegan nama Allah. Jangan sampai ada segala yang kita lakukan tanpa bernisbat kepada-Nya. Dimanupun kamu berpijak, jadikalah Allah sebagai sandaran.
Wallahu ‘alam bis showaab
Bagian tiga selesai..