Tren kemunculan buku-buku terjemahan dari penulis asing (penulis Barat) khususnya mengenai tema motivasi, pengembangan diri, habit (kebiasaan), mengolah pikiran dan sebagaianya melanda masyarakat milenial di Indonesia.
Entahlah, apakah karena masyarakat Indonesia khususnya generasi milenial ini kehilangan pegangan hidup, kurang optimis atau bahkan boleh jadi jiwa mereka benar-benar gersang, frustasi sehingga menimbulkan mental mudah menyerah?
Fonomena ini harus disikapi dengan bijak, sebab pada dekade milennium ini rutinitas kebanyakan masyarakat cenderung monoton, sehingga menciptakan pola-pikir yang berpegaruh kepada cara menjalani hidup. Menjalani rutinitas yang tidak mendatangkan perubahan dalam keseharian dipandang sebagai faktor umum lahirnya mental pecundang dan tumbangnya mental pemenang.
Sebagai permisalan, buku motivasi dengan judul Atomic Habit karangan James Clear, [sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia] menjadi buku motivasi terlaris yang dibaca oleh generasi milenial. Buku ini menyajikan pembahasan tentang motivasi menjalani hidup, yang dimulai dari hal sederhana. James Clear merunut bahasan dari hal terkecil seperti (atom) yang nantinya akan membarikan pengaruh besar kepada diri seseorang.
Clear, mengatakan bahwa perilaku manusia selalu berubah. Dari setuasi ke situasi, dari waktu ke waktu, dari detik ke detik hingga dari tahun ke tahun. Perubahan ini bagi Clear, dapat jauh lebih baik, bermakna walaupun perubahan itu sangat kecil namun berlanjut dalam waktu yang lebih lama. Dari perubahan kecil inilah akan menimbulkan kebiasaan yang dahsyat.
Boleh jadi kebiasaan yang sangat kecil dilakukan dalam hidup, namun dampak dari kebiasaan tersebut akan mampu bertahan lebih lama dan meletup-letup. Ketimbang melakukan hal besar namun dampaknya tidak lama bertahan, dan akhirnya jatuh pada kehancuran.
Clear menegaskan, bahwa terkadang seseorang mengabaikan hal-hal kecil atau hal-hal sederhana karena terkesan tidak begitu penting. Padahal, dari hal kecil dan sederhana itu akan berdampak besar sekligus akan mendatangkan perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, rumusnya harus komitmen, tekun serta harus merasa optimis. Demikian pesan penting dalam buku Atomic Habit ini.
Buku motivasi lain dengan judul The Power of Habit, karya Charles Duhigg, juga menjadi buku alternative yang digandrungi generasi milenial untuk menumbuhkan jiwa optimis dalam diri. Dalam bukunya, Duhigg menganalisah beberapa hal terkait kebiasaan. Ia menerangkan sebagian besar pilihan yang kita buat setiap harinya adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan dengan baik. Baginya, hal itu salah. Padahal pilihan-pilihan tersebut adalah buah dari kebiasaan.
Duhigg mempertegas, bahwa memahami kebiasaan adalah hal terpenting yang harus dipelajari. Hal tersebut mampu merubah total cara pandang seseorang terhadap dunia. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan, asalkan paham cara menjalankan kebiasaan yang benar.
Masih banyak buku-buku motivasi dan buku pengembangan diri yang dirujuk oleh masyarakat milenial. Buku-buku tersebut bagus, sebagai bekal untuk memantaskan kebiasaan dan membentuk pola pikir agar lebih baik.
Sebelumnya, tren maraknya buku-buku motivasi dan pengembangan diri, pernah menerpa masyarakat Indonesia, sekitar tahun 2000-an saat buku-buku dari timur tengah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Salah satunya, buku La Tahzan (jangan bersedih) karya Syekh Dr. Aid Abdullah al-Qarni seorang penulis, aktivis, cendikiawan Muslim asal Arab Saudi.
Begitulah realitas hidup. Berputar, berhenti, dan berganti. Gersangnya jiwa-jiwa masyarakat sekarang adalah ciri-ciri penyakit masyarakat modern. Demikian kata Sayyid Husein Nasr
Sebuah paradoks baru, pergeseran tren menyatroni pikiran dan pilihan dari sumber yang dihegemoni oleh zaman, Barat dan Timur.