“Jarang ada kebudayaan lain di mana dunia tulis-menulis memainkan peran yang begitu penting seperti dalam peradaban Islam. Ketekunan para ilmuan Muslim sangat mengagumkan bahkan sering kali sulit dibanyangkan”
(Johannes Pedersen, The Arabic Book, Princeton University Press. 1984, hal. 57)
Bangsa Arab menggunakan istilah kitâb untuk menunjukkan sebuah buku dalam dan juga bentuk-bentuk tulisannya.Panjang maupun pendek, baik mengenai bentuk surat maupun tulisan, dokumen atau yang lainnya.
Terkait ini, Johannes Pedersen mencoba menerjemahkan sebuah dokumen (buku bahasa arab) dengan judul The Arabic Book yang diterbitkan oleh Princeton University Press tahun 1984. Pedersen terkesima dengan sejarah buku yang muncul khususnya terkait kesusasteraan Arab yang menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan pertama dari istilah kitâb.
“Jika mereka (bangsa Arab) membicarakan tentang buku al-kitâb dalam arti yang sebenarnya, maka yang mereka maksud adalah al-Qur’an” demikian pengakuannya. “Tidak ada agama lain yang kitabnya berperan sedemikian rupa seperti kitab suci dalam agama Islam.“
Setiap kata yang dijumpai diantara dua sampul buku tersebut benar-benar ucapan Tuhan. Karena itu kata-kata tersebut adalah abadi dan tidak diciptakan (oleh manusia) dan itu merupakan keajaiban (miracle) kesempurnaan linguistik.
Segala sesuatu baik dilangit dan di bumi, segala sesuatu yang terjadi, tercatat dalam kitâb tersebut (al-Qur’an) amalan-amalan manusia juga tertulis dalam kitab tersebut, begitupun nasip mereka. Semua yang tersingkap dan tidak di dalamnya adalah ungkapan pengetahuan dan kehendak Tuhan.
Maka tidak salah jika kitab tersebut dijuluki “kitab langit” dan kitab langit tidak dibuat oleh manusia apalagi Nabi Muhammad Saw. Sebaliknya, Nabi Muhammad yang menjadi penerjemahan dari kitab langit tersebut, yang menjelaskan kepada manusia akan ketinggian ilmu pengetahuan, kesastraan linguistik dan tanda kebesaran Tuhan di dalamnya.
Karenanya, bangsa Arab mempunyai sebuah buku yang luar biasa. Sebuah buku bukan karangan dari manusia, juga tidak ditulis oleh seorang Nabi melainkan kata-kata di dalamnya langsung bersumber dari kata Tuhan sendiri.
Hal yang tidak kalah menarik, bahwa kesusasteraan Arab dimulai dengan lembaran-lembaran yang tak mungkin dicipta oleh manusia. Sifat ini merupakan merupakan sesuatu yang penting bagi sebuah kitab suci umat Islam yaitu al-Qur’an. Disebabkan karena al-Qur’an, bahasa Arab merupakan bahasa yang sempurna dan mempunyai derajat tinggi dari bahasa lain. Ketinggian dan kesempurnaan bahasa Arab, karena besumber dari al-Qur’an kitab sempurna sebagai kalâm Tuhan.
Dalam menyikapi ini, banyaknya pengguna dan pembaca kitab langit (al-Qur’an) ini, mencerminkan kesempurnaan dan keindahan bahasa yang digunakan. Salinan yang ditulis, tafsîr yang dikarang menjadi kebanggaan bagi pemiliknya, sekaligus memberikan berkah dan kebaikan. Lebih menakjubkan lagi, al-Qur’an tidak hanya mampu disalin, dilembaran-lembaran, melainkan juga mampu dihafalkan.
Dengan demikian, dalam sepanjang sejarah Islam, pengajaran kitâb ini secara lisan terus berlangsung. Bahkan, konsep tentang kata yang tertulis di dalamnya, secara rinci dikupas, dimaknai dan dipadankan satu sama lain. Semuanya inheren. Hal ini menjadi bukti tradisi keilmuan Islam yang tak tertandingi.
Bahasa Arab kemudian berkembang, menjadi objek penelitian ilmu pengetahuan. Baik mencakup tata bahasa, retorika, tafsîr, ilmu filologi dan sebagainya. Semua perkembangan dan kemajuan keilmuan bersumber dari sebuah kitab langit (al-Qur’an) yang memberikan sumbangsih besar bagi dunia, tidak hanya bagi dunia Islam namun bagi seluruh umat manusia.
Hal inilah yang menjadikan bahasa Arab tinggi, dan tidak dapat dipisahkan dari bahasa al-Qur’an yang menjadi kitab suci umat Islam.
Wallahu’alam bish shawââb
1 comment
[…] Sumber : https://batuter.com/ilmu/keilmuan-kesusasteraan-arab-tidak-bisa-dipisahkan-dari-al-quran/ […]