Isu Terkini

Menyorot Polemik Natalan Dalam Perspektif Islam

Islam adalah agama yang sempurna, (al-Maidah Ayat-3). Kesempurnaan Islam manjadi simbol kuat sebuah keyakinan yang bersumber dari wahyu Tuhan. Tiada agama di muka bumi yang kebenaran dan kesempurnaannya terang-benderang layaknya sinar matahari di siang hari, seperti cahaya Islam. Cahaya yang menerangi penjuru alam raya dengan sinar kebenaran. Kebenaran sebuah ajaran yang menaungi segenap pemeluknya.

Sebagai sebuah ajaran yang sempurna baik aqidah, sistem maupun keyakinannya, Islam kerap kali dihadapkan kepada benturan ideologi, kepercayaan dan keyakinan yang ada di luar Islam. Benturan keyakinan dan kepercayaan tersebut memunculkan polemik di tengah internal umat Islam sendiri. Apalagi hal tersebut manyangkut aqîdah atau keyakinan.

Salah satu contoh benturan aqidah atau keyakinan yang marak memicu kegaduhan adalah mengucapkan selamat natal kepada penganut agama Nasrani. Ucapan selamat natal kerap kali dilontarkan oleh ‘beberapa’ kaum Muslim saat tanggal 25 Desember yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Isa, AS oleh kaum Nasrani. Bagi kaum Nasrani yang mengucapkan selamat natal kepada mereka dipandang sebagai hal lumrah, biasa saja, tidak menodai kepercayaan mereka.

Sebaliknya, di dalam Islam, seorang Muslim yang mengucapkan selamat natal kepada kaum Nasrani dapat menggugurkan keyakinannya. Tentunya, hal ini menjadi polemik tatkala seorang Muslim menganggap mengucapkan selamat natal adalah lumrah, tidak berpengaruh kepada keyakinannya. Sekalipun, anggapan tersebut untuk menunjukkan nilai ‘toleransi’ terhadap agama lain adalah tidak mendasar.

Di sinilah pokok permasalahan. Kata ‘toleransi’ digadang-menjadi causa prima ketika ucapan selamat natal yang disampaikan umat Muslim. Tidak bisa dipungkiri, ada beberapa dari kalangan Muslim yang bahkan mengikuti perayaan natal dengan dalih ‘toleransi’ atau menghargai penganut agama lain untuk menjaga keharmonisan berwarganegara dalam bingkai multi-kultural.

Sungguhpun demikian, permasalahan ini mendapat banyak perhatian di kalangan ulama kontemporer. Buya Hamka misalnya, menolak keras kaum Muslim yang ikut natalan bersama atas nama toleransi beragama. Hingga keluarlah fatwa MUI tanggal 7 Maret 1981 yang mangharamkan umat Islam ikut natalan bersama kaum Nasrani. Hingga mendapat tekanan pemerintah saat itu untuk kemudian fatwa tersebut dibatalkan.

Pada masa ini, fatwa ulama besar seperti Buya Hamka mulai dianggap sudah tidak relevan. Termasuk beberapa cendikiawan Muslim, ustadz dan sebagian tokoh pergerakan Islam. Sebagian dari mereka sebaliknya ada menghalalkan (membolehkan) natalan bersama atas nama toleransi. Bahkan menuduh umat Islam yang tidak mengucapkan selamat natal atau yang tidak mau ikut natalan bersama sebagai kelompok yang intoleran, extrim berpaham garis keras. Na’uzubillah

Terkiat ini, ustadz Insan LS Mokoginta seorang muallaf yang berbalik menjadi pendakwah Islam, memberikan tips kepada umat Islam yang bersentuhan dengan umat Nasrani apabila harus mengucapkan sesuatu ketika momentum itu datang, baik melalui whatsapp maupun secara lisan. Beliau menyarankan, kita jangan mau mengucapkan “Selamat hari natal”, tapi ucapkanlah “Semoga Allah memberimu hidayah pada hari ini!”

Menurut Kristolog asal Manado ini, do’a tersebut akan menjadi senjata bagi kita Umat Islam. Karena mendo’akan orang diluar Islam, agar mendapat hidayah diperbolehkan asal masih hidup. (Baca https://www.panjimas.com). Sederhana dan logis pendapat ustadz Insan Mokoginta. Jikapun kaum Muslim yang berdampingan dengan penganut Nasrani cukup do’akan mereka untuk mendapat hidayah Allah.

Demikian juga pendapat Buya Hamka mengenai pengharaman mengikuti natalan. Dalam hal ini Buya Hamka sebagai seorang ulama dan seorang Muslim, beliau mempunyai tanggung jawab besar dalam hal menjaga dan membenarkan aqidah umat dan aqidah diri pribadi beliau. Beliau ingin umat Islam sadar bahwa perayaan natal adalah hak milik kaum Nasrani, bukan kaum Muslim.

Besar dampak bagi umat Islam jika tidak dijelaskan dan diluruskan mengenai hal ini. Banyak subhat dan pelanggaran aqidah yang akan membuat Muslim semakin hari semakin nekad melanggar batas aqidah mereka sendiri. Biarkan kaum Nasrani merayakan apa yang menjadi keyakinan mereka. Dan kita cukup belepas diri dari apa yang mereka percaya dan yakini.

Tidak usah mencari pembenaran atas nama toleransi atau moderasi beragama. Konsep toleransi dan moderasi beragama telah lama menjadi momok yang dipakai untuk memarginalkan Islam. Kristolog terkemuka Syekh Ahmad Deedad menegaskan dengan sangat keras dalam pidato beliau. “Islam menguasai Mesir kurang lebih 1000 tahun. Islam menguasai India lebih dari 1000 tahun, Islam menguasai Spanyol lebih dari 900 tahun. Jika hujjah (alasan) anda Islam disebarkan dengan pedang maka tidak akan ada Kristen, Hindu dan agama selain Islam yang tersisa di muka bumi.”

Artinya, Islam telah menjadi “guru” toleransi dan moderasi bagi agama dan kepercayaan lain. Peradaban Islam adalah satu-satunya sistem yang menjamin nyawa, keluarga dan anak-anak penagnut agama lain untuk hidup dalam kedamaian dan ketentraman. Dan itu menjadi bukti sejarah akan kebaikan umat Islam. Dan tidak ditemukan kebaikan tersebut dalam ajaran agama diluar Islam.

Wallahua’lam bis Shawab

Related posts

Hikmah di Balik Perubahan Iklim: Menemukan Pelajaran dari Tantangan Global

Sofian Hadi

Kemuliaan Perempuan dalam Islam: Refleksi Hari Ibu

Sofian Hadi

Begini Cara Media Mengendalikan Dunia (Bagian Satu)

Sofian Hadi

Pengumuman Pemenang Kompetisi Menulis Naskah Ilmiah Anniversary Batuter.com 2024

Sofian Hadi

Mencekam: Monster Merah Menyerang Los Angeles, Amerika

Sofian Hadi

Pagelaran Apresiasi Seni Akbar (PASA) 2024 Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang Kembali Digelar

Sofian Hadi

1 comment

Batuter December 30, 2024 at 12:26 am

Polemik mengenai ucapan selamat Natal dalam konteks toleransi beragama memang menarik untuk dibahas. Menurut Anda, seberapa pentingkah pemahaman akan aqidah dalam menentukan sikap kita terhadap perayaan agama lain, dan bagaimana seharusnya umat Islam bersikap tanpa mengorbankan prinsip keyakinan mereka?

Reply

Leave a Comment

error: Content is protected !!