إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ .وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا. وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً .وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
فَإِنْ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
Tepatnya bulan ini, Bulan Mei tahun 1435 Masehi, terdapat Kisah dalam sejarah yang penting bagi Umat Islam, sejarah dimana seorang pemimpin Muslim yang bertakwa Kepada Allah Swt. Berhasil membawa Islam kepada kejayaan.
Marilah kita simah Kisah Tersebut.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Rasulullah Saw pernah bersabda;
“Latuftahannal Qonstatiniyyiin
Wani’mal Qoid Qo’iduha
Wani’mal Jaiz Jaizuha”
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin. Dan pasukan yang berada di bawah komandonya, adalah sebaik-baik pasukan.”
Setelah 53 hari berperang, akhirnya pada tanggal 29 Mei 1435. Konstantinopel di taklukkan oleh seorang sultan yang baru berumur 29 tahun. Sehari setelah penaklukkan Konstantinopel tersebut, tepatnya pada taanggal 30 Mei 1435 sultan dan para bala tentaranya, bersiap-siap akan mendirikan shalat Jum’at. Panglima, Sultan Al-Fatih mempersilahkan Gurunya menjadi Imam Shalat Jum’at tersebut. Namun, sang Guru menolak, dan meminta supaya mencari orang yang lebih Bertakwa dari dirinya.
Kaum Muslimin Jmaa’ah Jum’at Rahimakumullah
Mendengar penolakan dari sang guru, lantas Sultan Al-Fatih keluar menuju halaman masjid, dan mengumpulkan seluruh bala tentara, termasuk masyarakat Muslim Istambul pada waktu itu. Apa yang di lakukan oleh Sultan Al-Fatih terhadap Bala tentaranya dan masyarakat Istambul adalah, meminta mereka semua berdiri dan bersiap-siap menjawab 3 pertanyaan yang akan di lontarkan oleh Sultan Al-Fatih.
Pertanyaan pertama yang di lontarkan oleh panglima al-Fatih adalah. Siapakah diantara kalian yang pernah meninggalkan salat Fardu 5 waktu, supaya duduk di tempatnya masing-masing. Mendengar pertanyaan tersebut, para bala tentara dan kaum muslim. Tidak ada satupun dari mereka yang duduk. Walau pertanyaan itu di ulang, namun tetap tidak ada satupun dari bala tentara dan Muslim saat itu tang duduk. Artinya, tidak ada satupun, dari bala tentara dan masyarakat muslim saat itu pernah meninggalkan shalat fardu 5 waktu.
Pertanyaan kedua, yang di lontarkan panglima Al-Fatih adalah, Siapakah di antara kalian yang pernah meninggalkan shalat sunnat Rawatib? Agar duduk di tempatnya masing-masing. Dan setengah atau separoh dari bala tentara, dan masyarakat Muslim saat itu duduk. Artinya, setengah dari mereka tetap menjaga atau mendirikan shalat Sunnah Rawatib.
Kaum Muslimin Juma’ah Jum’at Rahimakumullah
Pertanyaan terakhir yang di lontaran oleh Sultan Al-Fatih kepada bala tentaranya yang masih berdiri adalah. Siapakah diantara kalian yang pernah meninggalkan shalat Tahjjud? Supaya duduk di tempat.
Mendengar pertanyaan ketiga tersebut, maka, mereka para bala tentara dan masyarakat Muslim yang masih separoh berdiri, semuanya duduk.
Hanya Tinggal Sultan Al-Fatih sendiri yang masih berdiri tegap.
Yang menarik adalah, ternyata pemimpin yang mampu menaklukkan Konstantinopel adalah Pemimpin yang tidak pernah meninggalkan shalat Fardhu 5 Waktu. Pemimpin yang tidak pernah meninggalkan shalat Sunnah Rawatib dan Pemimpin yang tidak pernah meninggalkan Shalat Tahajjud.
Kaum Muslimin Juma’ah Jum’at Rahimakumullah
Apa yang telah di ramalkan Rasulullah Saw, mengenai penaklukkan Konstantinopel oleh sebaik-baik pemimpin dan bala tentaranya, adalah kepemimpinan Islam di bawah komando Sultan Al-Fatih.
Kenapa Rasullullah Saw membicarakan Konstantinopel? Ternyata Konstantinopel saat itu, sedang di perebutkan lebih dari 19 bangsa di dunia, dan tidak ada satupun bangsa yang berhasil menaklukkannya. Karena tempatnya yang luar biasa strategis, yang harus melewati selat Bosporus, dan letak Konstantinopel berada di dua benua Eropa dan Asia. Dan di situlah Romawi Timur sedang Jaya-jayanya. Tahun 1435 akhirnya, Konstantinopel ditaklukkan oleh seorang pemuda yang Bertaqwa kepada Allah, yang baru berusia 29 tahun. yaitu panglima Sultan Al-Fatih.
Kaum muslimin Jamaah shalat Jum’at Rahimakumullah
Hal lain yang perlu menajadi catatan adalah, kita akan berbicara masalah kepemimpinan Umat Islam, sebab Islam adalah agama yang tidak hanya mengurusi masalah Ibadah. Islam adalah agama dan sekaligus peradaban.
Islam mengurusi Ibadah kepada Tuhan, dang mengurusi kehidupan umat Islam dari seluruh aspeknya.
Artinya islam juga memikirkan Politik,
Islam juga memikirkan Ekonomi,
Islam memikirkan hubungan keluarga dan Rumah tangga.
Islam memikirkan masalalah Kesejahteraan.
Budaya, Sosial. Dan tidak ada satu aspek pun, dalam kehidupan ini yang tidak di sentuh oleh ajaran Islam.
Oleh sebab itu, ber-Islam adalah ber-Kehidupan, secara ber-Adab..
Kepemimpinan di dalam Islam juga menjadi tanggung jawab seluruh Umat Islam, hadist yang sangat populer dan sangat jelas, mengingatkan kepada kita.
“Ingatlah, setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta tentang kepemimpinannya.”
“Kullukum Raa’in, Wakullukum Mas’ulun ‘an Raiyyatihi” (HR. Bukhari dan Muslim)
Suami adalah pemimpin keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggng jawabannya.
Wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suaminya dan anak-anaknya. dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Dan ingatlah, bahwa setiap kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Berarti setiap orang dari Muslim, adalah pemimpin, sekecil apapun apa yang di pimpinnya.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Salah satu ciri dari pemimpin adalah ,orang yang ber-iman, ber-Taqwa dan ber-amal sholeh. Dalam Qur’an surah Nur ayat 55 Allah berfirman :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman /di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh. Bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.”
Maka sejatinya, orang-orang yang menjadi pemimpin di kalangan umat Islam adalah, orang yang ber-Iman, Bertqwa dan ber-Amal sholeh.
Artinya, bahwa orang-orang itu mempunyai keyakinan kepada Allah yang tertinggi, di kalangan Umatnya. Orang yang paling beriman dan bertqwa itulah sesungguhnya, yang ber-hak menjadi pemimpin umat Islam.
Selain itu adalah, orang-orang yang jika kami teguhkan ke-pe-mimpinannya, artinya, umat ini harus memilih pemimpin di muka bumi, mereka yang menegakkan shalat, menunaikan Zakat, menyuruh Amar Ma’ruf nahi Mungkar. Artinya, Memimpin yang menyuruh kepada kebaikan, dan dan mencegah kepada kemungkaran.
Kaum Muslimin Rahimakumullah..
Jadi, seorang pemimpin, bukan hanya mengurusi Negara, Lembaga, atau Institusi, tapi dia secara pribadi, adalah orang yang Memimpin atau menjadi Imam ketika mendirikan shalat. Orang yang mengeluarkan Zakat dan orang yang ber-amar Ma’ruf nahi mungkar.
Karena pemimpin yang melakukan tiga hal ini, akan jauh dari tindakan maksiat, dan kemaksiatan akan menjauhi lingkungan yang di pimpinnya.
Pemimpin yang mendirikan shalat pasti dia tidak akan melakukan korupsi. Karena shalat itu cermin ketaatan, ketaqwaan dan keimanan kepada Allah Swt.
Selain itu, pemimpin juga harus jujur, karena Rasulullah Saw menegaskan, “Tiada seorang yang di-Amanati Allah memimpin rakyat, kemudian ketika ia mati masih menipu rakyatnya melainkan pasti Allah akan mengharamkan baginya Syurga.”
Pahala pemimpin memang besar, tapi dosa pemimpin, juga sangat besar. Kemudian, seorang pemimpin juga harus bersikap adil. Rasulullah Saw bersabda, “Ada 7 golongan orang yang diberikan naungan oleh Allah, pada hari yang tiada hari naungan kecuali naungannya. Diantaranya adalah seorang pemimpin yang adil.”
Kaum Muslimin Jama’ah shalat Jum’at Rahimakumullah.
Selanjutnya, Rasulullah Saw Bersabda; “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku Adil, kelak di sisi Allah, ditempatkan di atas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil terhadap hukum terhadap keluarga, dan atas apa saja yang di-Kuasakan kepadanya.”
Sungguh, sangat tinggi, Maqom seorang pemimpin yang adil dan bertakwa kepada Allah.
Oleh sebab itu, Ramalan Rasulullah terhadap kemenangan Sultan Al-Fatih, betul-betul menunjukkan, bahwa ternyata dengan ke-Imanan, Ketaqwaan dan amal sholeh itu, Sultan Al-Fatih mampu menaklukkan kerajaan Romawi yang sangat Besar. Kerajaan Romawi yang di-perebutkan oleh 19 bangsa di dunia, dan tidak satupun yang berhasil. Kecuali, berhasil di taklukkan oleh seorang komandan yang bersusia 29 tahun, Umur yang sangat muda, tetapi dia adalah seorang yang beriman, dan beramal sholeh, serta bertakwa kepada Allah Swt.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Pada akhirnya, ketika kita berbicara kepemimpinan berarti kita berbicara Peradaban Islam. Peradaban Islam harus menuju pada satu misi yaitu peradaban yang Rahmatan Lil Alamiin. Dan berlandasakan kataatan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Setelah kita uraikan, apa yang menjadi ciri dari pemimpin di dalam Islam, maka dapat kita simpulkan, bahwa seorang pemimpin di dalam Islam, seharusnya, idealnya, adalah pemimpin yang kuat imannya, tinggi ketaqwaannya dan tinggi Amal sholehnya.
Seorang pemimpin, adalah orang yang taat kepada Allah, secara pribadi. Dan mampu memfasilitasi masyarakat untuk taat kepada Allah.
Kita berdo’a semoga Allah memberikan kepada Bangsa kita pemimpin yang Adil dan Amanah, Beriman, Bertaqwa dan Beramal Sholeh.
Amiin Ya Rabbal Alamiin
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
dalam Islam, maka dapat kita simpulkan, bahwa seorang pemimpin di dalam Islam,
seharusnya, idealnya, adalah pemimpin yang kuat imannya dan tinggi Amal
sholehnya.
Allah, secara pribadi. Dan memfasilitasi masyarakat untuk taat kepada Allah.
kepada Bangsa kita pemimpin yang Adil dan Amanah, Beriman dan Beramal Sholeh.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
1 comment
Terimakasih, khutbah jumat singkat terbaru nya sangat bermanfaat