Anak adalah amanat dari Allah.Kehadirannya menjadi impian setiap pasangan setelah untaian kata ‘sah’ keluar dari para saksi di acara akad pernikahan. Keharuan mulai menyelimuti raga pasangan yang halal tersebut. Dalam beberapa bulan masa penantian, harapan disandarkan kepada-Nya, menunggu kehadiran sang buah hati yang dinanti, lahir membawa tangis bahagia bagi kedua orang tua.
Penantian pun tiba. Sang buah hati lahir dengan selamat. Tentunya, berbagai persiapan telah dipersiapkan oleh ayah dan bunda. Persiapan yang bukan hanya bersifat penampilan jasmani (materi) saja akan tetapi pembekalan adab (spiritual) dan akhlaknya juga paling diutamakan. Agar sang buah hati kelak dapat tumbuh seimbang, baik bekal jiwadan bekal raganya.
Menjadi sebuah kewajiban yang tidak bisa di tawar-tawar bagi kedua orang tua untuk membekali sang buah hati, kususnya di era modern seperti saat ini. Zaman dimana adab dan akhlak mulai digerus oleh pengaruh pergaulan bebas yang memvirus di luar batas kewajaran. Di samping kerusakan adab dan pergaulan, pun di era sekarang tidak sulit mencari tips mendidik sang buah hati.
Terdapat banyak buku dan terapi parenting yang dengan mudah didapatkan oleh orang tua sebagai bekal mendidik sang buah hati. Bahkan pelatihan, workshop dan seminar parenting sekarang menjadi sebuah kebutuhan dalam keluarga. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri, karena pada jaman millennial, mendidik sang buah hati sangat penting, untuk menghindari berbagai pengaruh, terutama pengaruh gadget digital dan kecanduan game yang marak melanda anak didik kita.
Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid di dalam bukunya Prophetic Parenting (buku recommended untuk para orang tua) menuliskan tentang tanggung jawab orangtua dalam mendidik sang anak. Beliau mengutip beberapa perkataan Imam Al-Ghazali tentang peran orangtua dalam mendidik anaknya.
“Anak adalah amanat ditangan kedua orangtuannya. Harinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah belum dipahat maupun dibentuk. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan maka dia akan tumbuh dengan kebaikan itu. namun, apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan seperti dilalaikannya hewan, pasti anak itu akan celaka dan binasa.”
Agar orang tua tidak salah dalam memberikan bekal kepada sang buah hati, maka ada beberapa perkara yang menjadi kunci suksesnya pembekalan untuk sang anak. Kunci pertama yang harus diajarkan kepada sang buah hati adalah memperkenalkan Allah sabagia Tuhan yang telah menciptakannya.
Bagi sebagian orang, mungkin terlalu dini dalam memperkenalkan Allah pada diri sang anak. Bahkan ada yang mengatakan tidak penting memperkenalkan Allah, kelak setelah sang anak beranjak dewasa akan
mengetahuai dengan sendiri siapa Tuhannya.
Pendapat ini sangat menyesatkan bahkan sangat berbahaya. Karena pada dasarnya, hal yang paling utama untuk diajarkan kepada anak adalah mengenal Allah sebagai Tuhannya. Bukan mengajarkan berhitung, membaca, menulis, menyanyi dan lain sebaginya.
Orang tua yang baik tidak akan rela anaknya menjadi anak yang durhaka dan melawan perintahnya. Jika ada anak yang berbuat demikian, maka tanda tanya besar bagi kedua orangtua anak tersebut. Bisa dipastikan kedua orang tuanya tidak pernah mengajarkan anaknya untuk mengenal Allah sebagai Maha Pencipta. Allah yang maha besar. Dari sinilah sumber keburukan dan celaka, persis seperti apa yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali diatas.
Kemudian kunci kedua yang harus diajarkan kepada sang anak adalah cinta kepada Rasulullah, Muhammad Saw. Orangtua harus dapat membimbing sang anak untuk mengenal dan meniru bagaimana akhlak, adab dan akhlak Nabi Muhammad Saw. Tentunya, sebelum orangtua mulai mengajarkan pendidikan kepada sang anak, utamanya mereka harus belajar dahulu bagaiman kisah, sejarah dan perjuangan Rasulullah Saw.
Jangan sampai orang tua mengajarkan kecintaan kepada Rasulullah, sementara mereka sendiri tidak mengerti makna cinta dan pendidikan yang mereka ajarkan. Untuk menghindari hal tersebut, maka para orang tua wajib membaca kisah perjalanan hidup Rasulullah Saw. Agar rasa cinta kepada nabi Muhammad Saw tumbuh dalam jiwa dan perangai para orangtua, keluarga dan anaknya.
Kunci yang terakhir dalam mendidik sang anak adalah mengajarkan mereka membaca al-Qur’an. Sudah lumrah dalam lingkungan masyarakat dan keluarga, bahwa membaca al-Qur’an adalah langkah mendidik anak paling shahih. Ada dua pendapat yang kuat dalam mengajarkan sang anak membaca al-Qur’an. Pendapat pertama, disunahkan bagi sang anak untuk belajar membaca al-Qur’an di tempat orang lain (guru mengaji). Dan kedua belajar membaca al-Qur’an dirumah sendiri.
Pendapat pertama didasarkan kepada sunnahnya menuntut ilmu diluar tempat tinggal. Karena akan lebih mendatangkan keberkahan dalam belajar. Akan tetapi, belajar di luar rumah bukan karena kedua orangtua tidak bisa membaca Al-Qur’an (ngaji) sehingga tidak bisa mengajarkan kepada anaknya, melainkan orangtua juga dituntut harus dapat membaca Al-Qur’an, mengingat penting dan wajibnya hukum membaca Al-Qur’an bagi kaum Muslim.
Jika orangtua mengajarkan anaknya sendiri dalam membaca Al-Qur’an, maka hal itu lebih baik. Karena, dengan mudah orangtua mengontrol sang anak. Dengan mengajarkan sang anak mengaji dirumah, juga mempermudah identifikasi masalah, melihat kelemahan, kelebihan dan tindak tanduknya.
Walaupun itu sebenarnya tingkah laku sang anak akan berbeda jika dia belajar diluar rumah besama teman-temannya. Intinya, jangan larang anak-anak untuk mengaji di rumah guru ngaji bersama teman-temannya. Orangtua hanya perlu mendoakan sang anak, saat sang anak akan pergi mengaji. Dan sebagai orangtua yang baik, lantunkan do’a-do’a terbaik untuk sang buah hati. Semoga niat dan do’a tersebut menjadi penolongnya dalam mencari ilmu.
Semoga kita dapat memberikan bekal pendidikan terbaik kepada anak-anak kita, agar menjadi ladang pahala yang akan kita petik kelak di akherat. Amiin ya Rabbal alamiin.
2 comments
Sangat bermanfaat..
Alhamdulillah..
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya mas. Salam kenal dari Taliwang Sumbawa Barat mas