Pendidikan

Konsep Ta’dib (adab) yang Diajarkan Rasulullah Saw (Bag.1)

Seperti yang kita ketahui bahwa Rasulullah Saw. adalah manusia yang mendapat pendidikan dan bimbingan langsung dari Allah SWT. Pendidikan dan bimbingan langsung dari Allah maksudnya adalah penanaman ilmu dan adâb yang meliputi seluruh aspek, baik spiritual dan material yang menumbuhkan sifat kebaikan dalam kahidupan. Seperti dalam sebuah hadits dikatakan; Addabanî Rabbî faahsana Ta’dîbî.Tuhanku telah mendiddik (addaba) aku dan menjadikan pendidikanku (ta’dîb) yang terbaik”[1]

Pendidikan adâb yang diajarkan Rasulullah bukan semata tentang perilaku, budi pekerti, sopan santun, etika dan semisalnya. Pendidikan adab di sini mengandung tiga makna penting di dalamnya yakni memuat makna ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim) dan pembinaan yang baik (tarbiyah). Dari sebab inilah, pendidikan Nabi Muhammad dijadikan Allah sebagai pendidik yang terbaik di dukung oleh Al-Qur’an yang mengafirmasikan kedudukan Rasulullah yang mulia (akram) teladan yang paling baik serta makhluk bumi dengan akhlak paling mulia.[2]

Kemuliaan akhlak Rasulullah Saw. tercermin dalam perbuatan dan amalan yang beliau lakukan. Salah satu sifat penyayang beliau tercermin dalam pergaulan disaat menjamu tamu yang datang menghadap beliau; Kami datang menghadap Rasulullah Saw. saat itu kami masih muda-muda dan berusia sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam. Rasulullah Saw adalah orang yang paling lemah lembut dan penyayang. Beliau menyangka bahwa kami rindu kepada keluarga kami. Beliau bertanya kepada kami tentang keluarga yang kami tinggalkan, maka kami menceritakan kepada beliau. Kemudian beliau bersabda;

“Pulanglah kalian kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka. Bimbinglah mereka dan berbuat baik kepada mereka. Shalatlah, shalat demikian pada waktu demikian. Apabila waktu shalat tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan azan dan orang tertua dari kalian bertindak sebagai Imam.” (Muttafaqun alaihi).[3]

Apabila dicermati, kisah di atas merupakan salah satu cermin kasih sayang dan bentuk pendidikan yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabat beliau. Beliau memerintahkan para sahabat untuk membimbing dan mengajarkan keluarga masing-masing untuk melakukan kebaikan dan selalu mendahulukan orang tua dalam hal-hal tertentu.

Karenanya, tugas sebagai pendidik dan pengajar di dalam keluarga dan masyarakat penting dan mendapat peringatan dari Rasulullah Saw. bagi siapa yang melalaikannya. Apalagi tanggung jawab dan hak sebagai orang tua kepada keluarga khususnya kepada anak-anak. Sebagaimana disebutkan dalam kitab As-Sa’adah al-‘Uzhmâ.

“Wahai orang tua dan para guru, apabila engkau melempar tanggung jawab anak ke tempat penggembalaan dan perkemahan saya khawatir engkau akan mendapatkan azab berlipat; engkau diazab karena mencemari mutiara yang dimuliakan itu dengan azab yang pedih. Kemuliaan engkau juga akan mendapat azab karena ikut ambil bagian dalam kejahatan itu.”[4]  

Pendidikan adâb menurut Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana telah disinggung di atas, adâb mengandung pengertian luas. Pengertian adâb seperti dalam hadits “Allah telah mendidikku” dalam konteks ini adalah Tuhanku telah mengilhamkan atau memberikan petunjuk kepada Rasulullah untuk mengenal dan mengakui bahwa Allah sebenarnya adalah Tuhan yang sebenarnya. Kata kuncinya adalah mengenal dan mangakui eksistensi Allah sebagai Tuhan yang mempunyai kehendak atas segala sesuatu.[5]

Pendidikan adâb yang diajarkan Rasulullah Saw. merupakan inti dari semua risalah. Bayangkan saja, di daerah Mekkah pada masa jahiliyah, segala macam kesyirikan, kemaksiatan, ditambah hancurnya moral masyarakat berangsur-angsur berkurang hingga menjadi manusia beradab dan berperadaban. Manusia yang pertamanya tidak kenal Tuhan, kemudian menjadi manusia yang bertauhid.

Karenanya, adab dan akhlak yang baik adalah puncak dari perdidikan adâb itu sendiri. Hal ini menjadi catatan penting yang kemudian di sebarkan oleh para sahabat Rasulullah Saw. untuk kemudian didakwahkan secara universal kepada seluruh manusia. Tentunya, dalam mendakwahkan kalimat Tauhid tidaklah mudah sebab Rasulullah dan para sahabat mendapat perlawanan dari orang-orang kafir, yaitu orang yang tertutup hatinya dari kebenaran.

Kemudian makna lain dari pendidikan adâb adalah pengakuan tentang apa yang dikenalinya. Yang tanpa pengakuan maka tanpanya pendidikan menjadi hanya sekedar proses yang tidak memiliki aplikasi atau tindakan dalam bahasa lain yaitu amal. Bahwa pengakuan adalah aktualisasi dari pengenalan kepada Tuhan disertai dengan amal atau tindakan.[6]

Pendidikan adâb yang dipraktikkan Rasulullah Saw. yang berlandasakan tauhid, ternyata mampu menjadikan Islam sebagai agama yang pertamanya dimusuhi, namun setelah manusia mengenal Islam dengan segala kesempurnaan pendidikan, ajaran, adâb, akhlak dan sebagainya, kemudian terbuka hidayah di hati manusia tersebut dan mereka secara sadar memeluk Islam. Tentunya hal tersebut karena peran penting dakwah dan pendidikan Rasulullah SAW.


[1] Mahmud Qambar, Dirâsât Turâtsiyyah fî Tarbiyah al-Islâmiâyah, jilid 2, Dhoha, Qatar: Dâr al-Tsaqofah,  1985), 1: 406.
[2] Lihat Surat Al-Ahzab ayat 21.  Lihat surat Al-Qalam ayat 4
[3] Diriwayatkan Abu Sulaiman Malik bin Huwarits Radhiyallahu ‘anhu
[4] As-Sa’adah al-‘Uzhmâ. Karya Syaikh Muhammad al-Khidhr Husain, rahimahullah, 90
[5]Syed Muhammad Naquib al-Attas, Aims and Objectives of Islamic Education, 1
[6] Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, 177

Related posts

Bekal Terbaik Menyambut Sang Buah Hati

Sofian Hadi

Tiga Langkah Melatih Minat Baca Peserta Didik di Sekolah Dasar

Sofian Hadi

Perkembangan Minat Baca di Indonesia

Sofian Hadi

Konsep Ta’dib (adab) yang Diajarkan Rasulullah Saw (Bag.2)

Sofian Hadi

PESANTREN, KOKOHKAN NILAI DAN FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM

Sofian Hadi

Rasio, Akal dan Ilmu Pengetahuan tanpa Tuhan

Sofian Hadi

Leave a Comment

error: Content is protected !!