“Semakin anda mengenal air semakin jelas Anda mengenal diri sendiri. Maka Anda akan dapat melihat masyarakat, bangsa, dunia, bumi, alam semesta bahkan Tuhan. Hal ini dapat terjadi, seperti yang dikatakan filosofi Yunani Kuno, air adalah prinsip pertama dari semua benda”
Masaru Emoto
Penulis buku, The True Power of Water.
Demikian salah satu kutipan dalam buku Filosofi Air: Kita Bukan Api karya terbaru dari penulis muda Dedy Irawan. Sekilas, buku ini mengetengahkan penjabaran ringan mengenai filosofi air. Pembahasan diawali dari kacamata sejarah bagaimana tokoh-tokon dari Yunani kuno yang menjadikan air sebagai unsur penting dalam falsafah kehidupan.
Selama ini, manusia-manusia modern cenderung tidak bisa mengambil pelajaran berharga dari hal-hal sederhana. Mereka cenderung terjebak dalam kebimbangan dan kegamangan teori-teori baru yang rumit dipahami. Sehingga dari kegamangan teori tersebut menimbulkan sifat angkuh, keras, mental inferior, hingga meruntuhkan rasa percaya diri.
Bukankah manusia-manusia modern saat ini membutuhkan ketenangan, ingin berdamai dengan diri mereka sendiri? Paradoksnya, mereka terjerumus memeniru mental dan spiritual yang bertolak belakang dari keinginan sebenarnya. Sehingga kesengasaraan dan kegersangan jiwa sebaliknya yang didapatkan bukan kebahagiaan dan ketenangan. Sebuah paradoks pencarian.
Buku Filosofi Air: Kita Bukan Api menampik kegamangan yang mendera masyarakat modern. Gagasan-gagasan ringan mengenai filosofi Lao Tzo sebagai pandangan Taoisme yang menjadi symbol kebijaksaan yang melambangkan prinsip-prinsip keseimbangan, keharmonisan dan membuang keegoisan dalam hidup. Prinsip dan gagasan ini menjadi destinasi primer dalam buku ini.
Bagi pembaca yang ingin menemukan inspirasi baru, utamanya dalam hal membangun kepercayaan diri, menemukan kebijaksanaan, kedamaian, serta beberapa teori tentang pinsip hidup, buku ini sangat recommended. Tidak hanya mengulas teori dari tokoh besar pencetus filosofi air. Akan tetapi, mengafirmasi teori tentang filosofi air yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits.
Nampak jelas kepiawaian penulis mengajak pembaca merenungi hal-hal sederhana dalam hidup tanpa terkesan menggurui. Dengan narasi ringan namun tetap menjaga irama kerenyahan materi yang terkesan berat namun dapat disampaikan dengan berimbang (balance). Disinilah kekuatan Dedy Irawan tidak terjebak dalam diksi yang sulit diterka dan dicerna pembaca.
Sekali lagi, buku ini mampu membuka cakrawala pembaca untuk sampai pada pencarian jati diri yang sebenarnya. Pencarian jati diri yang tidak mesti didapatkan dari penulis buku motivasi dari luar seperti Steven R. Covey, Dale Carnagie, Robert T. Kiyasaki atau bahkan penulis yang sedang naik daun Atomic Habit, James Clear. Jikapun pembaca merasa ‘jenu’ dalam berselancar, maka gambar dan ilutrasi pada lembaran-nya akan mengusir kejenuhan dan kebosanan yang sesekali memenjara.
Buku dengan ketebalan 241 halaman ini secara bernas memberikan ulasan menarik dengan tawaran stimulasi dan filosofi agar pembaca lebih mengenal diri sendiri, hingga mampu berdamai dengan keruwetan hidup hingga menemukan kedamaian dan ketenangan.
“Jadilah mata air yang jernih yang memberikan kehidupan bagi sekitarnya”
-B.J. Habibie-
Buku: Filosofi Air: Kita Air Bukan Api
Penulis: Dedi Irawan
Penerbit: Quanta. PT Elex Media Komputindo
Cetakan: Ke-1 Tahun 2024