إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…
Rasanya tak habis-habisnya, kita mesti bersyukur kepada Allah Swt, karena dari limpahan rahmat dan karuniaNya, hingga kini, kita tetap bertahan menjaga keimanan kita sebagai tingkat nikmat yang paling tinggi. Syahadat pun harus selalu kita benahi, biar lebih mendekati makna yang hakiki.
Sanjungan shalawat dan dalam kita sampaikan kepada Baginda Rasul, ujung tombak pembawa pelita kehidupan.
Selanjutnya… jamaah Jum’at yang berbahagia.
Dari mimbar ini pula khatib serukan kepada diri khatib pribadi, umumnya kepada para jamaah sekalian untuk selalu menjaga, mempertahankan dan terus berupaya meningkatkan nilai-nilai Iman dan taqwa, karena hanya dengan Iman dan taqwa-lah kita selamat di hari pengadilan-Nya.
Kaum Muslimin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah
Pada tahun 1932. Siang hari, kota Amsterdam (Belanda) masih dicekam musim dingin. Suasana dingin yang mencekam di kota terkenal tersebut, ternyata menjadi saksi bisu atas ‘Tragedi kekejaman’ akal dan rasio manusia yang tidak pernah terpuaskan oleh ilmu pengetahuan.
Sepucuk surat kecil. Singkat. Padat. Surat ringkas itu tergeletak ‘tanpa nyawa’ di sudut Kota Amsterdam.
“Yang tidak saya miliki adalah kepercayaan kepada Tuhan. Padahal itu perlu. Seseorang Binasa karena hal ini, karena tidak beragama” “Mudah-mudahan Tuhan menolong kamu, yang aku lukai saat ini” Demikian bunyi surat itu.
Tepat di samping sepucuk surat tersebut, tergeletak mayat-mayat, dalam kondisi kaku-beku tak bernyawa.
Amsterdam terguncang. Amsterdam tercengang. Gempar. Laksana petir membakar. Pasalnya, mayat-mayat yang bergeletak kaku itu tidak asing bagi mereka. Mayat beku itu, tak lain dan tak bukan, adalah satu anggota keluarga seorang intelektual kenamaan dan berkebangsaan Kota Amsterdam dengan julukan Kota Seribu Kincir Angin. Dialah sang Profesor Paul Ehrenfest, beserta istri dan anak kesayangannya.
Setiap penduduk Kota Amsterdam, siapa yang tidak kenal dengan Profesor. Ehrenfest? Dialah pemuja akal, rasio dan ilmu pengetahuan. Dia adalah sang ‘Atheis Tulen’ dari Amsterdam, yang di agung-agungkan oleh pengikutnya. Dialah ‘intelektual garda depan’ Amsterdam yang tengah berada di puncak karir intelektualnya. Kedudukan terhormat, jabtan tinggi, limpahan harta benar-benar dalam genggaman dan kendalinya.
Lantas, bagaimana mungkin, sosok Profesor yang sedang berada di puncak jayanya, tiba-tiba mati bunuh diri?. Tidak sampai disitu, Ehrenfest sekaligus membantai anak-istrinya. Benarkah Sang Profesor bunuh diri? Atau ini merupakan sebuah sindikat? Demikian publik Amsterdam bertanya-tanya ragu.
Kaum Muslimin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah
Selang setelah beberapa hari, akhirnya terkuak, bahwa Profesor Ehrenfest, benar-benar mati bunuh diri. Tidak di bunuh. Tidak juga terdeteksi sindikat apapun. Bahwa sebelum membunuh dirinya, sang Profesor terlebih dahulu membunuh anak-istrinya. Demikian pernyataan resmi Dinas Kepolisian Kota Amsterdam.
Profesor Ehrenfest bunuh diri, hanya karena ‘tidak puas’ dengan rasio, akal dan ilmu pengetahuan yang ‘di Tuhankannya’ selama bertahun-tahun. Dari rasio, akal dan ilmu pengetahuan ia merasa tidak mendapatkan apa-apa, selain pandangan hidup yang kacau, gamang dan diliputi kecemasan. Prof. Ehrenfest merasa harus mengakhiri hidupnya, karena hidup baginya tak lagi memiliki makna sama sekali.
Setelah ditelusuri, surat tragis disamping mayat-mayat yang tergeletak itu, sesungguhnya secara khusus ditujukan Ehrenfest untuk salah seorang sahabat karibnya, yaitu Profesor Kohnstamm. Sebaliknya, Kohnstamm sendiri tidak mengira sama-sekali, bahwa kawan yang selama ini dikagumi, kecerdasan dan kejeniusannya harus mengakhiri hidup dengan amat tragis. Yaitu membunuh diri dan keluarganya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Bagi seorang yang tidak percaya Tuhan, bisa jadi akan mengalami nasip serupa dengan Profesor Ehrenfest. Mati bunuh diri, karena hidup, tak lagi berarti.
Karenanya, rasio, akal, pikiran dan ilmu pengetahuan harus mencari pelengkapnya yaitu ‘agama’. Dan satu-satunya agama yang sangat rasional bagi akal dan ilmu pengetahuan tidak lain adalah “Islam”. Islam adalah agama tidak pernah mempertentangkan akal, rasio dan ilmu pengetahuan. Kesemuanya adalah saling berkaitan dan saling melengkapi, satu dengan lainnya.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi siapapun. Khusunya bagi “penganut Atheis” ingatlah, gunakan akal, rasio dan ilmu yang kalian miliki untuk mengenal Tuhan, bukan sebaliknya menyangkal dan menolak Tuhan.
Kaum Muslimin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah
Jika ditelusuri, bahwa kepintaran, kecerdasan, dan kejeniusan seseorang tidak akan mampu mengantarnya kepada kebaikan yang hakiki.
Karenanya Rasulullah Saw bersabda:
قال رسول الله ص م الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَه، وَعَمِلَ
لِمَا بعدَ المَوتِ ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ (رواه الترميذي)
Rasulullah Saw bersabda: Orang yang Cerdas itu adalah orang yang mengendalikan hawa nafsunya, dan mengerjakan amal untuk kehidupan setelah kematian. Dan orang yang lemah itu adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berandai-andai kepada Allah. (HR. Turmudzi)
Sesungguhnya kecerdasan seseorang tidak pernah diukur dari, rasio kepalanya. Atau kejeniusan otaknya. Kecerdasan menurut Rasulullah adalah orang yang mempersipkan amal sesudah kematiannya.
Saat ini, di belahan Eropa, Amerika, maupun di Asia sendiri, kita saksikan betapa banyak orang-orang Atheis, yaitu orang-orang yang tidak percaya adanya Tuhan. Mereka berbondong-bondong mengucapkan Syahadat.
Orang-orang Barat yang dengan kehidupan mereka yang hedonis, meterialistis, hidup bergelimpangan harta benda berangsur-angsur tersadarkan. Mereka rela meninggalkan harta benda, pangkat jabatan, ketika mereka mendapatkan hidayah Islam, kemudian berbondong-bondong memeluk Islam.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Allah Swt berfirman; Surat an-Nashr ayat 1-3.
إِذَا جَآءَ نَصْرُ ٱللَّهِ وَٱلْفَتْحُ وَرَأَيْتَ ٱلنَّاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفْوَاجًا
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَٱسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابًۢا
Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”.
Negara-negara Barat yang menjadi kiblat kepada Negara Modern saat ini, baik Ekonomi, Teknologi, Politik, Sosial, Budaya, pada dasarnya, adalah negara yang gersang dan miskin, dengan nilai-nilai Agama dan Ketuhanan.
Negara-negara tersebut, bahkan tidak mampu memberikan solusi terhadap tingkat Bunuh Diri bagi rakyatnya sendiri.
Kasus yang marak belakangan ini, di Amerika khususnya, kasus penembakan siswa di sekolah-sekolah. Belasan siswa terbunuh. Dan pelakunya adalah siswa di sekolah itu sendiri. Na’uzubillah
Jepang, Negara yang dikenal sebagai Negara maju di Dunia, namun keyantaanya, setiap hari penduduk Jepang, pekerja dan masyarakat Jepang mengalami depresi dan strees hebat, akibat bekerja tanpa henti.
Kemudian, survey terbaru, tentang negara-negara yang menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development. Menempatkan Korea Selatan di Bulan Juli 2021 sebagai kota dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Fakta-fakta ini menjadi bukti, bahwa negara-negara Barat Modern, yang hidup dalam kegemilangan harta, dengan menjunjung tinggi kebebasan adalah negara yang Miskin dan gersang Jiwa serta keimanannya.
Dengan berkaca kepada fakta yang terjadi di belahan dunia Barat, Sebagai seorang Muslim, kita harus bersyukur, bahwa Islam telah membimbing dan diberikan kekuatan untuk hidup dengan Iman dan ketakwaan.
Sebaliknya, jangan sampai sedetikpun rasa syukur kita atas anugerah Islam, Iman dan Takwa kita lupakan.
Kita yang telah memeluk Islam, jangan sampai berkecil hati, atau merasa putus asa. Mungkin sebagian kita, hidup serba kekurangan, hidup dalam kemiskinan, hidup pas- pasan, Harta tidak melimpah. Jangan sampai kita berpikir bahwa kitalah orang-orang yang sengsara. Kita adalah orang yang menderita. Salah dan salah besar jika kita berpikir demikian, karena sesungguhnya kekayaan dan kebahagiaan hanya dapat diraih dengan Iman dan Ketakwaan kita kepada Allah.
Seorang ulama Turki, Badiuzzaman Said Nursi pernah mengatakan.
“Negara-negara Islam sedang mengandung Eropa, dan suatu saat nanti akan melahirkannya. Dan Negara-negara Eropah sedang mengandung Islam dan suatu saat akan melahirkannya.”
Semoga Allah selalu membimbing kita kepada jalan kebenaran.
Amiin.. ya Rabbal Alamiin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
قَالَ تَعَالَى
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ