Sastra

Mengenal Teori Grafologi dalam Literasi Menulis

Henry Guntur Tarigan membagi keterampilan berbahasa menjadi empat komponen. Pertama, keterampilan menyimak/mendengar (listening skill). Kedua, keterampilan berbicara (speaking skils). Ketiga, Keterampilan membaca (reading skill). Keempat, keterampilan menulis (writing skill). Masing-masing keterampilan mempunyai hubungan yang erat antara satu dan lainnya. Di dalam memperoleh keterampilan berbahasa, dimulai dengan hubungan sistem urut secara teratur; mula-mula pada masa kecil, kita belajar menyimak bahasa, kemudian menuju tahap berbicara; dan setelah itu menuju proses membaca dan terakhir adalah menulis.

Adapun keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari diluar kelas formal atau sebelum masuk sekolah. Sementara dua keterampilan membaca dan menulis lebih banyak dipelajari di dunia sekolah. Namun keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan atau biasa disebut sebagai catur-tunggal. Keempat keterampilan ini menurut para ahli harus dikuasai baik-baik.

Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, menulis merupakan jenis keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Tidak dilakukan secara tatap muka dengan orang lain. Menurut Tarigan, menulis termasuk dalam katagori kegiatan yang produktif dan ekspresif. Sebab menulis membutuhkan dorongan dan kemauan yang datang dari semangat internal orang tersebut tanpa embel-embel upah dan sebagainya.

Di dalam kegiatan menulis, seorang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi (sistem tulisan) struktur bahasa dan pilihan kata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis namun harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan secara berkelanjutan. Memasuki zaman modern atau era milenial seperti sekarang ini, keterampilan menulis sangat dibutuhkan.

Keterampilan menulis merupakan ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Morsey, seperti dikutib Tarigan dalam bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (1994) mengatakan; “Menulis digunakan untuk memberitahukan dan mempengaruhi. Maksud dan tujuan demikian hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikiran dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan itu tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur kalimat atau tulisan”.

Jika ditelusuri tiga komponen keterampilan menyimak, berbicara dan membaca semuanya berakumulasi pada satu keterampilan yaitu keterampilan menulis. Keterampilan menulis mampu merekam dan menyalin apa yang didengar, apa yang dibicarakan dan apa yang dibaca. Penulis yang terampil akan mencatat apa yang didengar dari seseorang.

Boleh jadi, ia akan merekam di otaknya terlebih dahulu, kemudian ia akan mencatatnya di lembaran kertas. Mencatat pesan yang didengar atau apa yang dibicarakan seseorang memang tidak mudah, diperlukan latihan dan ketekunan, agar terhindar dari kesalahan ketika menyalin dari apa yang didengar dan apa yang dibicarakan.

Senada dengan hal di atas, Imam Bawani memperkuat argumentasi mengenai pentingnya empat tersebut utamanya keterampilan mendengar dan berbicara. Terlebih, dua keterampilan ini (menyimak dan berbicara) sangat diutamakan sebab dari keduanya boleh jadi mempengaruhi kualitas sebuah tulisan

Karenanya, keterampilan menyimak dan berbicara tidak bisa disepekan, diremehkan bahakan diabaikan. Sebab menyimak dan berbicara merupakan disiplin utama untuk menumbuhkan keterampilan menulis dengan baik. Terkadang apa yang disimak dan dibicarakan penting untuk diterjemakan dalam sebuah tulisan sederhana. Tulisan sederhna akan menarik jika intisarinya buah dari apa yang disimak dan dibicarakan dengan baik.

Related posts

Ayat-Ayat Cinta: Sebuah Revolusi. Bagian Tiga Selesai

Sofian Hadi

Buku “Hunian Ternyaman” dalam Selayang Pandang

Sofian Hadi

Hakekat “Kritik” dalam Sastra Indonesia

Sofian Hadi

Jempang Mendoak

Sofian Hadi

Resensi buku “AYAH… Kisah Buya Hamka”

Sofian Hadi

Kesatria! Buang Wajah-Wajah Kusutmu

Sofian Hadi

Leave a Comment

error: Content is protected !!