فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِيْنَۙ . فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ . اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْمُتَوَسِّمِيْنَۙ . وَاِنَّهَا لَبِسَبِيْلٍ مُّقِيْمٍ
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sungguh, (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia).” (Surat al-Hijr ayat 73-76.)
Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar, surat al-Hijr ayat 75 di halaman 3871, menafsirkan ayat ini dengan peringatan keras kepada pelaku puncak maksiat. Bahwa suatu kaum yang kedurhakaannya melampaui batas, akan ada saja bahaya yang menimpa. Sehingga, suatu negeri akan dibongkar hingga akar uratnya.
Al-Mutawassimiin maknanya adalah orang yang berpikir dalam. Dalam tafsiran para ulama kata tersebut bemakna orang yang dalam firasatnya. Artinya, mampu melihat keadaan dalam suatu situasi dan kondisi. Contohnya situasi dan kondisi penyakit yang melanda masyarakat modern.
Penyakit masyarakat modern mulai marak dan sangat meresahkan. Dari praktik perzinahan, kecanduan narkoba, minum minuman keras (khamr), hingga penyimpangan orientasi seksual ramai di kalangan masyarakat saat ini.
Masyarakat yang awalnya hidup dalam harmoni, kini resah dan tidak nyaman dengan problema penyimpangan yang melanda generasi muda, dari remaja, hingga orang tua. Timbulnya penyakit di masyarakat mendatangkan tanda tanya besar. Dari mana praktik ini bersumber? Dan bagaimana peran orangtua dalam menangani penyakit yang meresahkan ini?
Tren dan budaya hidup masyarakat modern menjadi sumber utama lahirnya penyakit masyarakat tersebut. Masyarakat modern adalah masyarakat yang gersang jiwa, hati dan pikirannya dengan agama. Agama tidak lagi menjadi hal penting yang harus diajarkan untuk genarasi muda.
Jika budaya modern ini tidak ditangani dengan serius, maka penyakit masyarakat ini akan meraja-lela kemudian menjadi virus yang mematikan. Karenanya, peran orangtua adalah membentengi anak-anaknya dengan tarbiah (pendidikan) yang baik.
Tarbiah yang dimaksud disini adalah, tarbiah islamiyah. Kenapa tarbiah islamiyah? Karena tarbiah islamiah atau pendidikan Islam, secara holistik telah terbukti mampu menjadi solusi bagi manusia yang gersang jiwa, hati dan pikirannya.
Dengan keras Islam mengahramkan, minuman keras (minuman beralkohol), narkotika, perzinahan, hingga penyimpangan orientasi seksual. Tidak ada atauran agama yang jelas dan keras yang mengharamkan tentang perilaku ini selain atauran dalam agama Islam. Sebab atauran Islam memandang perilaku praktik penyimpangan ini sebagai gangguan fitrah manusia.
Perilaku menyimpang disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam tingkah laku umum.
Disebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu bergolak menjadi “penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang menciptakan kerasahan dan kerusakan sosial.
Fakta yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan merilis sebuah informasi yang mencengangkan di mana pada tahun 2012 saja, ada sekitar 1.095.970 penduduk Indonesia yang melakukan hubungan sesama jenis.
Dan diyakini bahwa angka pengidap ganguan orientasi seksual yang dikenal dengan istilah LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) ini akan semakin bertambah. Tentunya kondisi yang memprihatinkan ini harus mendapatkan penanganan yang tidak hanya cepat, tapi juga tepat dan akurat.
Realitas ini menunjukkan adanya gangguan fiṭrah yang dimiliki manusia. Padahal, realitas fitrah adalah cenderung kepada kebaikan. Kata fiṭrah berasal dari kata faṭara yang berarti menguak atau membelah. Sementara para ahli bahasa menambahkan bahwa fiṭrah adalah menciptakan sesuatu untuk pertama kali atau tanpa ada bentuk sebelumnya, fiṭrah juga bisa diartikan asal kejadian, kesucian, dan agama yang benar.
Artinya, fiṭrah merupakan penciptaan seseorang yang sesuai dengan agama yang benar dan tuntutan akan hakikat kehidupan yaitu mencari keadilan tentang penyembahan akan tuhan. Fiṭrah dapat berarti sifat bawaan atau bakat yang ada sejak lahir. Berdasarkan konsep fiṭrah ini, maka dalam konteks normalitas dari perspektif Islam, seorang yang normal adalah seorang yang berada di atas fiṭrahnya yaitu cenderung kepada kebaikan.
Semoga saudara, keluarga, masyarakat, generasi muda dan daerah yang kita pijaki diberkahi dan dijauhkan dari penyakit masyarakat. Sehingga kita terhindar dari ancaman Surat al-Hijr ayat 73-76. Dan didekatkannya kita kepada fitrah kebenaran dan kebaikan.
Wallahua’lam bish shawâb
Sumber photo: Google.com
12 comments
Sangat menarik untuk melihat bagaimana generasi muda terpengaruh oleh budaya modern yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai agama. Apa pendapat Anda tentang peran pendidikan agama dalam membentuk karakter dan moralitas mereka? Apakah Anda percaya bahwa pendekatan ini cukup efektif dalam mengatasi masalah sosial yang ada?
Keren
Wow
Astghfirullah
Good luck
Sukses
Sukses
Sukses
Keren
Sukses selalu
Sukses
Mantap brader.. well execution.