Hikmah

Keyakinan sosok Abu Darda Uwaimir al-Anshari

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ
وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ
وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.

“Ya Allah. Anugerahkanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu, yang dengan rasa takut itu dapat menghalangi antara kami dan perbuatan maksiat kami kepada-Mu. Ya Allah (anugerahkanlah kepada kami) ketaatan kepada-Mu, yang dengan ketaatan itu akan menyampaikan kami ke surga-Mu. Dan ya Allah, (anugerahkanlah pula) kepada kami keyakinan, yang dengan keyanikan itu akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini.”

Begitulah do’a Rasulullah Saw yang selalu beliau sampaikan kepada Allah. Beliau selalu memohon kepada Allah agar selalu diberikan rasa takut, taat dan yakin dalam kehidupan ini.

Kisah yang akan diurai ini mengajarkan kita tentang kuatnya keyakinan Abu Darda Uwaimir al-Anshari akan janji Allah kepada hamba-Nya yang rela menukar hartanya di dunia dengan syurga di akherat.

Dikisahkan ketika Rasulullah memimpin kota Madinah, saat itu Rasulullah menyampaikan kepada para sahabat bahwa akan diadakan pelebaran jalan kota tersebut. Dan masyarakat umum diminta untuk merelakan sedikit bagian dari tanah di depan rumah mereka masing-masing untuk kemaslahatan umum.

Tanpa menunggu lama, setelah mendapat amanat para sahabat berpencar mengumumkan pesan dari Rasulullah Saw dan sebagian besar warga pun menyambut baik niat dan maksud daripada Rasulullah Saw. Selang beberapa jam, para sahabat kembali lagi ke istana setelah memberikan pengumuman penting itu.

“Alhamdulillah… Kami telah menyampaikan pengumuman penting ini kepada masyarakat Madinah tentang pelebaran jalan. Mereka menyambut baik maksud dan niat Rasulullah Saw” Laporan dari salah seorang sahabat. “Akan tetapi, kami menemukan satu masalah wahai Rasulullah, ada salah seorang penduduk yang tidak mau memberikan separoh dari tanah pekarangan di depan rumahnya. Kami sudah menjelaskan, tapi tetap dia keras kepada tidak mau melepas separoh dari tanah itu wahai Rasulullah.”

“Kembalilah kepadanya, dan katakan bahwa aku yang menyuruhnya” perintah Rasulullah kepada sahabat tadi.

“Baiklah wahai Rasulullah”

Sahabat itu pun kembali kepada warga yang tidak mau mengikhlaskan separoh tanahnya untuk kepentingan umum itu. Namun sudah tiga kali sahabat itu bolak-balik, tetap saja warga itu keras kepala tidak mau memberikan sedikit tanahnya untuk kepentingan khalayak. Lantas, sahabat tadi kembali lagi mengadukan penolakan itu kepada Rasulullah Saw.

Mendengar laporan sahabat tadi, dengan rasa penasaran Rasulullah pun meminta untuk diantarkan kepada warga yang menolak mewakafkan separoh tanahnya tersebut. Setelah itu Rasulullah dan beberapa sahabat Umar, Abu Bakar termasuk Abu Darda ikut menemani di belakang Rasulullah Saw. Tanpa terasa mereka telah sampai di depan rumah warga yang membangkang itu. Rasulullah pun langsung bertanya;

“Apa gerangan yang membuat mu tidak mau memberikan separoh tanah depan rumah mu untuk kemaslahatan umum wahai hamba Allah?” Tanya Rasulullah Saw dengan tenang.

“Wahai Rasulullah, aku hanya rakyat biasa, bukanlah keinginanku membangkang perintahmu. Cobalah engkau lihat sendiri wahai Rasulullah, tanaman kurma di depan rumahku

ini tumbuh lebat dan berbuah lezat. Subur nan rindang. Tidak seperti tanaman kurma di belakang rumahku yang tumbuh tidak terlalu subur dan sehat. Dan aku tidak ingin tanaman kurma ku ini tumbang. Inilah alasanku wahai Rasulullah. Kata lelaki paruh baya tersebut.

“Jadi itu alasanmu, tidak mau melepas separoh dari tanahmu, wahai hamba Allah.”

“Benar wahai Rasulullah”

“Baiklah, bagaimana jika Allah yang akan mengganti tanaman kurma mu ini dengan tanaman pohon kurma di syurga yang lebih lebat, subur dan berbuah lezat” Rasulullah mencoba membuat tawaran dengan pemilik kurma itu. Pemilik kurma itu menyimak dengan seksama “Sekali lagi, hamba mohon maaf wahai Rasulullah, hamba tetap tidak ingin menukar tanaman kurma hamba yang lebat ini dengan tanaman kurma di syurga wahai Rasulullah” jawabnya.

Rasulullah terheran-heran dengan warganya itu. Sudah dijanjikan akan diganti dengan pohon kurma di syurga tetap saja dia tidak mau. Rasulullah kemudian membuat tawaran yang kedua kalinya. Hingga pada tawaran yang ketiga kali. Namun, tetap saja lelaki itu tidak mau melepaskan separuh tanahnya untuk kemaslahatan umum. Sahabat yang datang bersama Rasulullah nampak kesal dengan keputusan warga tersebut.

Sesaat sebelum mereka (para sahabat) beranjak meninggalkan lelaki itu, salah seorang sahabat, yakni Abu Darda Uwaimir al-Anshari yang mendengar percakapan Rasulullah dengan pemilik pohon kurma itu, dengan penasaran Abu Darda bertanya kepada Rasulullah Saw.

“Wahai Rasulullah. Apakah sekiranya tawaran janji balasan di syurga itu juga berlaku untukku, jika aku yang memiliki pohon kurma ini?” Tanya Abu Darda kepada Rasulullah Saw.

“Iya, itu juga berlaku untukmu wahai Abu Darda” Terang Rasulullah.

Karena sudah tidak bisa meyakinkan lelaki tadi akhirnya Rasulullah pun meninggalkan tempat tersebut. Hanya Abu Darda sendiri yang masih berdiri di tempatnya. Lalu, diam-diam Abu Darda mendatangi laki-laki yang tidak mau melepas separoh tanahnya itu dan berkata;

“Wahai sang lelaki, kau tahu siapa aku?” Tanya Abu Darda, dengan nada tegas.

“Siapa yang tidak tahu engkau wahai Abu Darda. Orang yang kaya raya di Madinah. Tanaman dan kebun kurma mu terluas dan terlebat di kota ini”

“Kalau kamu sudah tahu siapa aku, maka saksikanlah, saat ini juga silakan kau ambil semua kebun kurmaku. Dan ikhlaskan tanaman kurma ini untukku.”

Nampak laki-laki itu tak percaya. Ia bengong. Dan bepikir pastilah Abu Darda sedang bercanda. Dengan wajah canggung lelaki itu kembali berkata kepada Abu Darda;

“Wahai Abu Darda Uwaimir al-Anshar, janganlah engkau bercanda. Mana mungkin kau akan menukarkan Kebun dan pohon kurma mu yang lebat itu dengan satu pohon kurma ku ini. Dan engkau memang benar-benar sedang bergurau”

“Saksikanlah. Mulai sekarang, bawalah barang-barangmu, tinggallah di sana dengan pohon kurma yang lebat itu. Dan sekarang juga aku akan mengajak istriku untuk tinggal di tempatmu ini” Jawab Abu Darda dengan wajah serius. Maka bukan kepalang girangnya lelaki itu. Sesaat kemudian, mereka membuat akad dan kesepakatan, bahwa tanah itu telah halal menjadi milik Abu Darda.

Setelah kejadian itu, salah seorang sahabat kembali melapor kepada Rasulullah. Sahabat itu mengatakan kalau tanah lelaki tadi (yang menolak) sudah bisa digunakan untuk kemaslahatan umum. Rasulullah nampak penasaran kenapa bisa demikian. Sabahat itu menjelaskan bahwa Abu Darda lah yang telah menghalalkan tanah itu.

Rasulullah pun tersenyum, “Abu Darda akan mendapatkan pohon kurma yang lebat dan luas di syurga kelak” kata Rasulullah Saw.

Begitulah kuatnya keyakinan seorang Abu Darda Uwaimir al-Anshari. Dia yakin dengan janji Allah. Tak pernah ragu dengan perkataan Rasulnya. Dalam sebuah riwayat, salah seorang sahabat pernah bermimpi, jika ia melihat sebuah kebun yang indah nan rindang, seluas mata memandang.

Lantas sahabat tersebut menceritakan kepada Rasulullah perkara mimpinya itu. “Itulah kebun kurma Abu Darda yang dijanjikan Allah di syurga” jelas Rasulullah.

Wallahua’lam Bisshowab

Related posts

“IMAJINER” Untaian Nasehat Badiuzzaman Said Nursi (3)

Fiqri Rabuna

Hikmah di Balik Perubahan Iklim: Menemukan Pelajaran dari Tantangan Global

Sofian Hadi

“IMAJINER” Untaian Nasihat Badiuzzaman Said Nursi (1)

Fiqri Rabuna

“Nikmatnya Berbuka di Pulau Seribu Masjid”

Sofian Hadi

Melihat Lebih Dekat Pruak Desa Rarak (Sebuah Memoar)

Sofian Hadi

Selaksa Hikmah dari Kisah Mahasiswa Unida

Sofian Hadi

Leave a Comment

error: Content is protected !!