Al-Qur’an adalah sumber ilmu dan pengetahuan. Al-Qur’an juga telah membuka cakrawala dunia tentang sains kemudian diteliti oleh para sahabat hingga menggerakkan cendekiawan Muslim di masa kejayaan Islam.
Sebut saja Jabir Ibnu Hayyan al-Kufi (738-813). Ilmuan yang berasal dari Kufah yang dikenal sebagai alkemi (ilmu kimia), hasil dari kajiannya hampir menjadi satu ensiklopedi sains dan memberi ringkasan ilmu kimia pada masa itu.
Jabir telah memperkenalkan manfaat praktis kimia untuk membersihkan besi dari larutan, mencelup kain dan kulit, menggunakan minyak varnis untuk zat anti air bagi kain, penggunaan mangan dioksida untuk mewarnai gelas serta penyulingan cuka menjadi asam asetat yang pekat.[1]
Sebagaimana diketahui, ilmu kimia adalah satu disiplin ilmu yang tidak ditemukan sebelum datangnya Islam. bangsa Yunani memahami unsur-unsur (elemen) tetapi mereka tidak tahu sedikitpun mengenai bahan-bahan seperti alkohol, asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO), raksa klorida (HgC12) dan penyediaan raksa telah dilaporkan untuk pertama kalinya oleh ahli-ahli kimia Islam. [2]
Seorang sarjana Amerika Haider Bammate pernah berkata; “Proses mendasar dalam kimia yaitu penyulingan merupakan suatu penemuan umat Islam dan merekalah yang pertama kali menggunakannya. Karena itu, kita harus memberi pengakuan bahwa sumbangan umat Islam kepada sains benar-benar tidak diragukan lagi”[3]
Adapun ilmuan Muslim Muhammad Abu Bakar al-Razi 865-925M). Ia lebih popular dengan sebutan al-Razi yang terkenal dengan kedokteran kimia. Al-Razi adalah perintis kimia modern. Ia menciptakan peralatan dan mencatat secara rinci lebh dari dua puluh alat besi dan kaca. Ia mengatakan bahwa keseimbangan dari penyakit adalah karena reaksi kimia yang terdapat di dalam tubuh atau badan. [4]
Al-Razi membagi bahan kimia menjadi jenis-jenis yang lebih kecil. Logam dibagi menjadi jiwa, tubuh, batu, vitriol, borax dan garam. Benda yang mudah menguap dipisahkan dari yang tidak menguap.[5] Masih banyak lagi para pakar dan ilmuan Muslim yang terkemuka jika diurai dalam makalah ini tidak akan cukup termuat.
Terdapat banyak bukti bahwa saintis Muslim telah memberikan sumbangsih besar terhadap peradaban sains Modern. Bukan hanya pengakuan oleh Muslim, akan tetapi tokoh dan ilmuan non-Muslim pun mengakui akan superioritas para saintis Muslim. Frofessor Salim T S Al-Hasani dalam pengantar buku 1001 Inventions Muslim Heritage in Our World mengutip perkataan seorang Orientalis, mengatakan begini;
“…If there is much misunderstanding in the West about the nature of Islam, there is also much ignorance about the debt our culture and civilization owe to the Islamic world. It is a failure, which stems, I think, from the straight-jacket of history, which we have inherited.
The medieval Islam world, from central Asia to the shore of Atlantic, was a world where scholars and men of learning flourished. But because we have tended to see Islam as the enemy of the west. as an alliance culture, society, and system of belief, we have tended to ignore or erase its great relevance to our own history…”[6]
Jika terdapat banyak kesalahpahaman di Barat tentang hakikat Islam, terdapat banyak juga ketidaktahuan tentang hutang budaya dan peradaban kita kepada dunia Islam, hal ini adalah kegagalan, yang saya pikir berasal dari sejarahnya langsung yang kita warisi.
Dunia Islam abad pertengahan, dari Asia Tengah hingga pantai Atlantik, adalah dunia di mana ilmu pengetahuan atau sains berkembang cukup pesat. Tapi karena kita cenderung melihat Islam sebagai musuh Barat. Sebagai budaya asing masyarakat, dan sistem kepercayaan, kita cenderung mengabaikan atau menghapus relevansinya yang besar dengan sejarah kita sendiri.
Pengakuan ini menjadi bukti bahwa sains Islam telah memberikan kontribusi besar dalam peradaban umat manusia. Walaupun ungkapan tersebut ada benarnya, namun saintis Modern tetap tidak dapat berkelit atas kerusakan sains yang mereka kembangkan. Konfrontasi yang terjadi antara saintis Muslim dan Modern tentunya tidak terelakkan, bahkan hingga saat ini.
Wallahu’alam bish shawab
Sumber photo: Google.com
[1] Muhammad A. Rahman Khan, Muslim Contribution Science and Culture, 1973, 66.
[2] Sulaiman Nordin, Sain Menurut….. 91
[3] Haider Bammate, Muslim Contribution to Civilization, (Brentwood: American Trust Publication, 1962)_
[4] Islamic and arab Contribution to the European Renaissance (Arab Republic of Egypt: National Commission for Unesco, 1977), 191
[5] Oemar Amin Hoesin, Kultur Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1964)_
[6] Salim T S Al-Hassani, Elizabeth Woodcock & Rabah Saoud, 1001 Inventions Muslim Heritage in Our World, (Manchester: The Foundation for Science, Technology and Civilization FSTC, 2007), 7
1 comment
Menarik sekali melihat bagaimana ilmuwan Muslim seperti Jabir Ibnu Hayyan dan Al-Razi telah memberikan kontribusi besar dalam dunia sains. Bagaimana menurut Anda, pengaruh penemuan-penemuan mereka masih relevan dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern saat ini?