Islam adalah agama dan ajarannya bersifat universal.[1] Tidak ada agama selain Islam yang mampu membawa misi universal sampai ke penjuru bumi. Hingga di manapun kita menginjakkan kaki maka Islam ada disana. Graham E Fuller seorang mantan CIA[2] dan profesor dari Amerika menulis dalam bukunya, A World Without Islam versi Arab Al-alam Bilaa Islam mengatakan “Kalau bukan karena Islam dunia ini akan miskin peradaban, intelektual dan kebudayaan…”[3]
Gustave Le Bon dalam karya The Civilization of The Arabs turut menyatakan; “Para filosof Arab-Islam merupakan tokoh tokoh pioneer yang memperkenalkan kepada dunia bagaimana terjadinya keserasian antara kebebasan berfikir dan tegaknya agama.
Bukan hanya itu, pengakuan lain dari seorang George Sarton dalam karyanya The History of Science dia menulis “Umat Islam merupakan bangsa yang cerdas, jenius di wilayah timur (middle East) pada abad pertengahan dan memberikan sumbangan besar bagi umat manusia.”[4]
Sebagai agama peradaban, hingga kini Islam mampu bertahan bahkan terus berkembang dalam menghadapi dan membantu dunia memberikan solusi dan sumbangsih. Tak terkecuali di era modern (Barat) yang serba sekuler Islam menjadi agama yang pesat pertumbuhannya.[5]
Terlepas dari semua itu, jika diamati tersebarnya Islam ke berbagai penjuru benua kemudian membangun peradaban di sana. Hal ini karena pasukan Muslim saat itu hanya berpegang erat kepada prinsip dakwah untuk meninggikan kalimat Tawhid [Laa ilaha Illallah].
Berkaitan dengan prinsip dan urgensi tawhid yang menjadi pilar utama kegemilangan peradaban Islam masa silam, Ismail Raji al-Faruqi seorang tokoh Muslim kontemporer mengkaji prinsip tawhid yang lebih mendalam, mengingat konsep tauhid pada zaman sekarang yang lambat-laun mulai tergerus oleh arus sekularisme yang masuk dan merusak keyakinan kaum Muslim.
Melihat fenomen ini, konsep tawhid sebagai fondasi peradaban Islam tidak boleh dikaji hanya dalam sebatas teori atau metode melainkan sebagai solusi kebangkitan peradaban Islam. Tulisan ini, akan mengurai pemikiran seorang tokoh kontemporer Ismail Raji al-Faruqi yang memandang lebih dalam tentang tawhid sebagai sebuah konsep primordial untuk membangun kembali peradaban Islam.
Terdapat banyak tokoh-tokoh intelektual maupun cendekiawan Muslim memperbincangkan Islam sebagai sebuah peradaban, namun bagi al-Faruqi tetap saja perbincangan tersebut dilihat sebagai sebuah peradaban historik, bukan sebagai peradaban kontemporer (masa kini) maupun peradaban masa depan.Sejatinya memang konteks peradaban tidak dapat dipisah antara peradaban Islam masa silam, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Dibutuhkan beberapa pendekatan atau terobosan yang real dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, al-Faruqi mencoba mengusung prinsip tauhid sebagai (al-din) yang mengikat identitas Muslim dalam membangun kembali keruntuhan peradaban. Baginya, pokok atau hakekat peradaban Islam adalah Islam itu sendiri dan esensi Islam itu adalah tawhid atau peng-Esaan terhadap Tuhan.
Dua asumsi dasar (Islam dan Tauhid) menjadi sorotan tajam al-Faruqi sebagai landasan peradaban Islam yang turut berperan di dalamnya. Hanya saja kaum sekuler, misionaris, orientalis dan musuh-musuh Islam berupaya melempar keraguan terhadap kaum Muslim mengenai prinsip tauhid sebagai landasan peradaban. Tersebab pengaruh demikian, tidak sedikit dari kaum Muslim yang terpancing dan serta merta telah menggoyahkan keyakinan mereka tentang esensi dan nilai tawhid.
Wallhua’lam Bis Shawab
[1] Abdallah H. Al-Kathany, The universality of Islam, (Beirut: Dar-al Moayyad, 1995) dan H.A.R Gibb dalam Muhammadanism (New York City: Riney Halt Pyblishing Company, 1995) yang juga menyatakan “It is a complete civilization”.
[2] Central Intelligence Agency, Badan Intelijen Pusat, adalah salah satu badan intelijen pemerintah federal Amerika Serikat. Sebagai lembaga eksekutif, CIA berada di bawah Director of National Intelligence.
[3] Graham E. Fuller, A World Without Islam. (New York, Hachette Book Group, 2010).
[4] Ahmad Fuad Basya, Sumbangan Keilmuawan Islam pada Dunia, (Jakarta Timur, Pustaka Al-kautsar, 2015), XI.
[5] Zakir Naik, The Answers to Non-Muslim’s Common Question about Islam, (Islamic Research Foundation, www,irf.net), 15. Terj, oleh Noor Cholis, Debat Islam Vs Non-Muslim: Argumen Cerdas Zakir Naik Membuat orang Tercengang Bahkan Masuk Islam, (Solo: Aqwam 2016), 96.
1 comment
Konsep Tawhid dalam pandangan Al-Faruqi memperlihatkan pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap prinsip tauhid dalam membangun kembali peradaban Islam. Bagaimana kita dapat menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita diskusikan bersama!