
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Diriwayatkan, suatu ketika Sayyidina Utsman bin Affan sedang menyampaikan khutbah yang isinya:
“Waspadalah terhadap minuman keras (miras), karena sesungguhnya miras merupakan induk segala perbuatan keji. Sungguh, pernah terjadi pada seorang pria saleh sebelum kalian dari kalangan ahli ibadah. Dia rajin beribadah ke masjid. Suatu ketika, dia bertemu dengan seorang perempuan cantik.”
“Perempuan tersebut memerintahkan pelayannya untuk mempersilakan lelaki tersebut masuk ke dalam rumah. Kemudian pintunya dikunci rapat-rapat. Di sisi perempuan tersebut terdapat miras dan seorang anak kecil. Kemudian perempuan tadi berkata:
“‘Kamu tidak bisa keluar dari rumah ini sebelum engkau memilih salah satu dari tiga permintaanku: Pertama, engkau minum segelas arak ini. Kedua, engkau berzina denganku. Dan yang ketiga, engkau membunuh anak kecil ini. Jika kamu tidak mau, maka saya akan berteriak dan mengatakan bahwa kamu memasuki rumahku. Siapa yang akan percaya kepadamu?’”
Lelaki tersebut menjawab, “Saya tidak mau melakukan perbuatan keji (berzina) ataupun membunuh manusia.” Akhirnya, lelaki saleh tersebut minum segelas miras. Demi Allah, dia menjadi mabuk, sehingga dia pun berbuat zina dengan perempuan tersebut dan membunuh anak kecil tadi.
Utsman bin Affan pun berpesan:
“Maka jauhilah minuman keras, karena minuman keras merupakan induk segala perbuatan keji. Demi Allah, sungguh, iman dan minuman keras tidak akan bersatu di dalam hati seseorang melainkan hampir pasti salah satu di antaranya melenyapkan yang lain.”
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kisah di atas memberi pelajaran yang teramat berharga. Pesannya jelas bahwa meneguk miras, sedikit atau banyak, menguntungkan pengusaha atau tidak, gratis atau membayar, dapat menghangatkan badan atau tidak, tetap merupakan sumber malapetaka.
Maka, akan sangat ironis dan miris bagi kita, Warga Kabupaten Sumbawa Barat, yang terkenal dengan sebutan Kabupaten Fitrah, di mana para anggota DPRD kita saat ini sedang berupaya mengubah sebuah peraturan daerah, tepatnya Perda No. 13 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Penyakit Masyarakat. Salah satu poin utamanya adalah pelegalan minuman keras di daerah pariwisata dan hotel-hotel.
Alasannya sangat mengada-ada. Seorang yang mengaku pakar menyimpulkan bahwa pariwisata tidak akan pernah maju jika tidak ada miras yang disediakan untuk para wisatawan, hanya dengan menilik dari satu sudut pandang saja.
Alasan ini jelas hanya menguntungkan sekelompok orang tertentu, tetapi membawa dampak buruk bagi masyarakat, khususnya kalangan muda dan mereka yang terlibat langsung dalam dunia tersebut. Lalu, di mana cita-cita mulia para pendiri daerah ini akan diperjuangkan? Malah tergadaikan oleh kepentingan materi yang dinikmati oleh segelintir oknum.
Pelegalan miras tidak bisa dijadikan alasan untuk percepatan pembangunan daerah. Sebaliknya, miras harus diperangi, karena ia adalah sumber dari segala bentuk kemafsadatan.
Jama’ah Sidang Jum’at Rahimakumullah…
Sungguh, Maha Benar Allah dengan firman-Nya yang melarang minuman keras:

“Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.”
(QS. Al-Ma’idah: 90)
Sungguh benar sabda Baginda Nabi Muhammad ﷺ:

“Jauhilah sesuatu yang memabukkan, sesungguhnya yang memabukkan adalah pembuka seluruh keburukan.”
(HR. Baihaqi)
Rasulullah ﷺ juga bersabda bahwa minuman keras atau khamr adalah induk (otak) dari segala kejahatan.

“Khamr adalah induk dari kekejian dan dosa yang paling besar. Siapa saja yang meminum khamr, ia bisa berzina dengan ibunya, saudari ibunya, dan saudari ayahnya.”
(HR. Ath-Thabrani)
Minuman keras (miras) termasuk dalam kategori minuman yang merusak sekaligus menghilangkan fungsi akal. Sementara itu, akal harus terlindungi dari hal yang mencelakakannya. Salah satu tujuan dari syari’ah dalam Islam adalah hifdz al-aql (melindungi akal).
Islam melarang keras minuman keras. Jangankan meminumnya, duduk di samping peminum saja dilarang. Apalagi orang yang datang ke tempat miras, sangat dilarang. Bahkan Rasulullah ﷺ melaknat 10 (sepuluh) golongan yang berhubungan dengan arak atau minuman keras.
Kesepuluh golongan tersebut adalah:
- Yang memerasnya.
- Yang meminta diperaskan.
- Yang meminumnya.
- Yang membawanya.
- Yang membawakannya.
- Yang menuangkannya.
- Yang menjualnya.
- Yang makan hasil penjualannya.
- Yang membelinya.
- Yang meminta dibelikan.
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam buku Halal wal Haram fil Islam pada bab pertama tentang Prinsip-Prinsip Islam Menyangkut Halal Haram, menyatakan bahwa minuman keras (khamr), takhayul, dan perjudian bukan budaya Islam, melainkan budaya jahiliyah yang diadopsi Barat dan ditransformasikan ke seluruh dunia Islam.
Karenanya, jika ada ajaran Islam yang bertentangan dengan budaya Barat, mereka berusaha mencari kesamaan, pembenaran, dan mengajukan alasan pembelaan diri atau membuat penjelasan yang menarik namun menyimpang.
Apabila di suatu daerah terdapat undang-undang yang melegalkan peredaran dan penjualan miras, dipastikan daerah tersebut jauh dari konsep baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang baik dan Tuhan yang Maha Pengampun).
Sebab, dari lingkungan yang dimasuki miras, generasi akan rusak moral, adab, dan masa depannya. Jika generasi muda sudah kecanduan miras, maka bentuk kejahatan lain akan timbul, seperti perzinahan, pemerkosaan, hingga pembunuhan.
Maka tidak salah jika Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa miras (khamr) adalah induk dari kejahatan.
Mari kita doakan, agar seluruh wakil rakyat yang saat ini sedang menggodok perda tersebut diluruskan niatnya, dibukakan hatinya, dan tidak sampai melegalkan miras di Kabupaten Sumbawa Barat yang kita cintai ini.
Semoga kita dan keluarga kita dijauhkan dari minuman yang diharamkan tersebut.
Amîn yâ Rabbal ‘âlamîn.

Khutbah II


1 comment
Membaca pemaparan tersebut, bagaimana menurut Anda jika kita mempertimbangkan dampak sosial dan kesehatan dari pelegalan miras secara lebih menyeluruh? Apakah ada alternatif solusi untuk meningkatkan pariwisata yang tidak melibatkan penyediaan alkohol?