Materialisme
Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu berlandaskan kebendaan semata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang bersifat non materi seperti jiwa, roh, cinta.
“Materialism is a dirty word among the young, who aspire to be idealistic in their though and behavior. Materialism is what happens to you when you abandon your ideals and sell out. Never mind that the more money people make, the more likely they are think of themselves as idealists.”
Para materialis berpegang kepada falsafah hidup yang tidak menghormati pandangan religius tentang hidup, kebebasan serta martabat manusia karena mereka terlalu mengukur segala sesuatu dengan berdasarkan pemilikan materi, bahkan penghormatan kepada seseorang pun didasarkan pada kekayaan materi yang dimilikinya.
Ideologi inilah yang mengakar pada pemuda-pemudi serta masyarakat Indonesia berkat buah dari apa yang disajikan media sekuler melalui sinetron-sinetron, terutama sinema India dan korea yang turut menciptkan budaya matre (materialis). Namun pada hakikatnya ideologi materialisme berawal dari ideologi hedonisme, karena kedua gaya hidup tersebut tidak terlepas dari kenikmatan akan pemilikan materi dan fisik semata.
Itulah budaya-budaya yang merupakan hasil dari proses globalisasi industri budaya dengan dukungan media, yang umumnya berlangsung dari negara maju ke negara berkembang seperti Indonesia. Kapitalisme global yang berproses secara canggih lewat kedigjayaan teknologi komunikasi dan informasi global ternyata menciptakan semacam gamabaran dunia kehidupan yang teregimentasi.
Bukankah melalui media juga cara hidup tengah di awasi, cara hidup yang dikontrol, cara hidup yang didiktekan dan dikendalikan daya-daya halus logika pasar global (Hedonisme, konsumerisme dan materialisme) lewat bujuk rayu iklan, lewat pesona kenikmatan hidup yang ditawarkan industri hiburan, sehingga menciptakan kemabukan akan pesona iklan dan industri budaya yang dangkal.
FAKTA PEMANFAATAN MEDIA
Penggunaan Media
Tren zaman sekarang masyarakat lebih memilih segala sesuatu yang lebih praktis. Dengan adanya media teknologi yang kian semakin maju, manusia semakin dimanjakan dalam beraktifitas sehari-hari, demi mendapakan hiburan maupun informasi.Informasi yang dimaksud yaitu berupa informasi politik, bisnis, budaya, pendidikan, bahkan informasi tentang pemahaman keagamaan dalam hal ini Islam
Salah satu media yang sangat berpengaruh terhadap perubahan serta pembentukan pola pikir, perilaku dan gaya hidup masyarakat adalah media online (internet). Untuk lebih jelasnya, alangkah baiknya penulis menyajikan data terkait media internet secara global maupun di Indonesia. Berdasarkan survei pada The Population Reference Bureau (PRB)
Agustus 2016 bahwa jumlah penduduk bumi mencapai 7.4 miliar45.Sedangkan pengguna internet dunia mencapai 50.1% yakni 3.6 miliar46. Sedangkan jika melihat jumlah penduduk indonesia sebagaimana yang terhimpun dalam We are social menyatakan bahwa total populasi Indonesia mencapai 259.1 juta, sedangkan pengguna internet Indonesia mencapai 88.1 juta yang berbanding lurus dengan pengguna media social yakni mencapai 79 juta.
Dengan rincian penetrasinya yaitu untuk wilayah Jawa-Bali mencapai 52 juta, Sumatra mencapai 18.6 juta, Kalimantan 4.2 juta, Sulawesi 7.3 juta dan Nusa Tenggara- Papua-Maluku mencapai 5.9 juta pengguna internet.
Data “Digital in 2016” yang dirilis oleh We Are Social juga menampilkan berapa lama orang Indonesia rata-rata menggunakan internet tiab harinya serta platform media yang paling popular diindonesia. Dalam penggunaan media masyarakat Indonesia menggunakan komputer tidak terlepas lebih dari 4 jam, sedangkan penggunaan mobile tidak terlepas lebih dari 3 jam, dan penggunaan media social tidak kurang 2 jam, sedangkan televisi tidak lebih dari 2 jam pula.
Mobile merupakan media yang tidak pernah terlepas setiab waktu dari tangan masyarakat Indonesia. Namun untuk mengetahui prioritas penggunaan mobile itu sendiri perlu kita ketahui bahwa ternyata 27% hanya untuk sms dan calling, 22% digunakan untuk nonton video, 19% digunakan games, 20% digunakan bangking dan 22% digunakan untuk map.
Artinya bahwa masyarakat Indonesia masih tidak produktif dalam menggunakan mobile.Sehingga hal ini butuh kesadaran untuk meningkatkan produktifitas penggunaan media baik itu media social (BBM, facebook dll), media online (internet), media elektronik (televisi dan mobile).
Sumber photo: Google.com
Bersambung ke bagian 4 (Empat)
1 comment
Sungguh menarik bagaimana media telah membentuk pandangan hidup kita, terutama terkait materialisme. Menurut Anda, apakah ada cara untuk mengubah pola pikir ini dan mempromosikan nilai-nilai non-material dalam masyarakat kita yang semakin terpengaruh oleh iklan dan budaya konsumerisme?