Penghujung tahun 2024 akan segara berakhir. Gerbang tahun 2025 sebentar lagi menghampiri. Dalam penanggalan Masehi 31 Desember 2024 bertepatan dengan 30 Jumadil Akhir1446 tahun Hijriah. Artinya, 1 Rajab 1446 Hijriah jatuh bersamaan dengan tanggal 1 Januari 2025 tepatnya hari Rabu besok.
Di dalam Islam bulan Hijriah, masuknya bulan atau tahun baru ditandai masuknya waktu petang saat magrib (shalat magrib) tiba. Artinya, penanggalan Hijriah mulai terhitung tanggal 1 di bulan Hijriah dan tahunnya tidak sama dengan bulan dan tahun seperti dalam penanggalan Masehi. Di dalam penanggalan tahun Masehi, pergantiannya dimulai pada pukul 12:01 dini hari.
Dikarenakan kalendar umat Islam sekarang mayoritas memakai penanggalam tahun Masehi, kaum Muslim banyak terjebak dan mengikuti perayaan di tahun baru Masehi yang jatuh pada pukul 12:01 dini hari. Padahal di dalam Islam tahun baru telah berlalu, yakni pada tanggal 1 Muharram 1446 Hijriah. Paradigma dunia modern telah menggeser budaya Islam yang dahulu menjadi identitas kaum Muslim berangsur terkikis.
Generasi Muda dan Sikap Apatisme
Kaum mudan dan masyarakat Muslim mayoritas telah terbawa arus budaya modern, seolah dipaksa melepas identitas dan budaya yang berbau Islam. Hal ini tidak dapat dipungkiri, sebab kiblat dunia saat ini adalah negara-begara Eropa yang hidup dalam kebebasan, tanpa ingin terkungkung dalam aturan agama dan keyakinan. Bangsa modern cirinya adalah apatis pada aturan agama yang dianggap mengekang kebebasan.
Generasi muda Islam saat ini, tidak sedikit yang apatis terhadap identitas keisalamanya. Mereka dipaksa melepas aqidah hanya untuk terlihat lebih modern. Padahal, moderrnisasi adalah jebakan hedon manusia modern yang rapuh dan gersang jiwa dari kebahagiaan. Kebahagiaan dicari dan diciptakan sendiri tanpa ingin terkungkung dalam balutan hukum Tuhan.
Dewasa ini, memang sulit membendung arus modernisasi yang melanda masyarakat Muslim. Jikapun ada nasehat atau pengingat untuk kembali kepada hukum Ilahî atau aturan al-Qur’an dan sunnah Rasulullah maka hal tersebut dianggap lawas, terlalu religius atau akan menggunakan satire “Ahh.. Jangan terlalu taat, selagi masih muda, selagi belum tua berpoya-poya dulu-lah, santai dulu kawan, nikmatin hidup ini” Demikian generasi muda berkelakar.
Memilih Kegiatan yang Positif
Namun pada sisi berbeda, ada sebagian pemuda Muslim yang tidak ingin berpoya-poya dan larut dalam perayaan tahun baru Masehi yang semu. Mereka sebaliknya membuat program dan kegiatan positif dengan mengundang Ustadz atau da’i kondang dalam sebuah halaqah atau pengajian untuk menguatkan keislaman. Pemuda Islam yang seperti ini cenderung lebih sadar dan tidak mau terjebak dalam perayaan yang bersifat tabzîr atau mubazir huru-hara.
Alangkah eloknya, moment tahun baru dijadikan sebagai momentum refleksi diri. Muhasabah dan tazkirah terhadap kelalaian kita ditahun sebelumnya. Memperbanyak istigfar, memperkuat pemahaman agama, memperbanyak amal kebaikan dan sebagainya. Uatamanya adalah memeperbanyak do’a kepada Allah karena bertepatan dengan masuknya bulan Rajab 1446 Hijriah. Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw adalah;
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan“
Do’a ini mengajarkan kaum Muslim untuk selalu mencari keberkahan di 4 (empat) bulan haram (mulia) Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan bulan Rajab. Bahkan di dalam al-Qur’an keempat bulan haram (mulia) ini disebutkan dalam surat at-Taubah ayat 36.
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhul Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu“
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir: Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim. Diriwayatkan dari Abu Bakrah, bahwa Nabi Saw berkhutbah dalam haji beliau bersabda, ”Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, dari semua bulan itu ada empat bulan haram, tiga dari empat bulan itu berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram; serta Rajab Mudhar, yang ada antara bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban”
Firman Allah (Itulah (ketetapan) agama yang lurus) yaitu itulah syariat yang lurus berupa mengerjakan dan mengikuti perintah Allah dalam bulan bulan haram berdasarkan dengan apa yang telah ditetapkan berupa kitab Allah yang pertama.
Kemudian, firman Allah Swt yang menerangkan: (maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu) yaitu dalam bulan-bulan haram itu, karena dalam bulan-bulan haram itu lebih tegas dan jelas dosanya daripada bulan-bulan lainnya, sebagaimana kemaksiatan di kota suci itu berlipat ganda dosanya, berdasarkan firman Allah Swt: (dan siapa yang dimaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya Kami akan rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih) [QS.Surah Al-Hajj: 25]. Baca sarah lanjutannya di: https://tafsirweb.com/3052-surat-at-taubah-ayat-36.html
Tahun baru adalah refleksi dan momentum untuk tidak banyak malas gerak (mager), bermain game online, scroll video, dan kegiatan nyang menyita banyak waktu. Akses terhadap gawai jangan sampai lebih terporsir ketimbang fokus dengan pekerjaan utama. Harus dapat memilah prioritas daripada rutitinas yang tidak jelas.
Kesimpulannya adalah, mari menyikapi perayaan tahun baru dengan tidak menjerumuskan diri kita serta tidak menganiaya diri sendiri, tidak menjerumuskan diri dalam dosa dan maksiat. Demikian cara terbaik agar generasi muda Islam tidak terjebak dalam perayaan yang berlebi-lebihan. Refleksi diri untuk kemajuan Islam yang gemilang. Semoga tahun 2025 menjadi tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Rasulullah Saw mengingatkan;
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهَ فَهُوَ مَغْبُوْنَ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنَ ( رواه الحاكم)
Artinya: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan bahkan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.”
Sumber gambar google.com
Wallau’alam bish shawab
1 comment
Menghadapi tahun baru, bagaimana kita bisa lebih mempertahankan identitas keislaman di tengah arus modernisasi yang begitu kuat? Mari berbagi pengalaman atau langkah konkret yang telah kita ambil untuk menghindari apatisme dan merayakan momen ini dengan tujuan yang lebih bermakna.