Banyak Tamsil, permisalan, contoh serta hikmah pelajaran yang kita bisa petik dari kisah perjalanan Rasulullah Saw. berjumpa Allah Swt. Dari Tamsil Rasulullah Saw. berjumpa dengan para Nabi, hingga diperlihatkan keadaan penduduk neraka dan berbagai hal yang dialaminya.
Berikut ini, merupakan ulasan singkat peristiwa Isra’Mi’raj yang di tulis Oleh. Buya Dr. Sofyan Hadi, SS, M.Ag.MA.M.Hum. Seorang Da’i kondang Asal Muara Labuh, Padang. Baliau juga sering mengisi kajian di Youtube ‘Suluah Channel’. Berikut ulasannya.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah salah satu kejadian sejarah yang sangat penting dan agung dalam perjalanan risalah Nabi Muhamamad Saw. Sebuah perjalanan sangat jauh yang sangat sulit untuk digambarkan dan niscaya lemah kemampuan akal untuk menjelaskannya, namun ia benar-benar peristiwa yang nyata dan dialami Rasulullah Saw.
Karenanya, Allah Swt ketika memulai pembicaraan tentang perjalanan Isra’ dan mi’rajnya Nabi Muhammad Saw. tersebut dimulai dengan ungkapan ta’ajjub (kekaguman) yaitu subhanallah (سبحان الله) “Maha Suci Allah”, karena memang ini adalah peristiwa yang ajaib dan luar biasa, sangat sulit diterima jika hanya diukur dengan ukuran akal rasional dan logika empiris, seperti dalam surat al-Isra’ [17]: 1
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Menurut ulasan Buya Sofyan, Isra’ dan Mi’raj sendiri terdiri dari dua kata; pertama, Isra’ yang secara harfiyah berarti perjalanan di malam hari. Dan kedua, mi’raj yang berarti anak tanga yang dipakai untuk naik. Maka mi’raj berarti perjalanan Nabi Muhammad Saw naik menghadap Tuhan hingga sampai batas terjauh yang bisa dicapai makhluk yaitu Sidrataul Muntaha. Sepanjang perjalanan banyak hal yang disaksikan nabi Muhammad saw sebagai bukti keagungan Allah swt dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya yang muhsin.
Apabila diurai secara mendalam, tujuan utama dari peristiwa Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw adalah untuk menjemput perintah shalat lima waktu seperti yang sekarang kita kenal dan kerjakan. Akan tetapi, masih ada beberapa tujuan lainnya, yaitu agar Nabi Muhammad Saw melihat sebagai tanda-tanda kebesaran Allah Swt di alam raya ini.
Seperti dalam ungkapan linurayahu min ayatina (لنريه من آياتهنا). Dengan perjalanan itu juga Allah swt ingin menghibur kekasihnya Nabi Muhammad saw yang memang ketika itu sedang berduka karena baru saja ditinggal dua sosok yang paling dicintainya yaitu Khadijah isteri tercinta dan Abu Thalib paman yang selalu melindungi dan membela beliau sejak usia 8 tahun.
Perjalanan isra’ dan mi’raj sendiri menurut satu riwayat terjadi pada malam 27 Rajab tahun kesepuluh kerasulan beliau. Tahun itu dalam sejarah Islam dikenal sebagai tahun duka cita (‘am al-huzni) bagi Nabi saw, karena kesedihan beliau atas wafatnya dua orang yang beliau kasihi Khadijah dan Abu Thalib sebagaimana telah disebutkan.
Pasca meninggalnya paman Rasulullah Abu Thalib, Nabi sering dikawal oleh paman beliau Hamzah dan Ja’far karena semakin meningkatnya perlakuan buruk yang diterima Sabi saw dari kaum kafir Quraisy. Begitu juga sejak ditinggal isterinya Khadijah Nabi Muhammad saw Seringkali tidur di masjid al-Haram.
Oleh karena itulah, perjalanan isra’ dan mi’raj ini dimulai dari masjid al-Haram. Hal itu juga memberikan pelajaran kepada kita, bahwa ketika seseorang sedang ditimpa kesulitan dan kesedihan hendakanya dia semakin mendekat ke rumah Allah karena disitulah ada ketenangan dan keamanan.
Didalam salah satu riwayat disebutkan bahwa dada Nabi Muhammad Saw paling tidak dibersihkan sebanyak tiga kali. Pertama, ketika beliau masih berumur sekitar 4 (empat) tahun saat diasuh oleh Halimah, dimana saat beliau bermaian bersama teman satu susuan dengannya di belakang rumah, Malaikait Jibril dan Makail datang dan mengambil Nabi kemudian membelah dada beliau.
Kedua, saat beliau akan menerima wahyu di gua Hira’ malaikat maut juga membedah dan membersihkan dada beliau. Ketiga, saat hendak diperjalankan dalam peristiwa irsa’ dan mi’raj, kembali dada beliau dibedah dan hatinya dibersihkan di dekat Zam-zam.
Semua kotoran yang ada di hati nabi dari penyakit rohani dibuang termasuk kantong hitam (‘alaqat al-sauda’) yang merupakan rumah syaithan yang ada di hati setiap manusia juga diangkat dari hati beliau. Wajar kemudian, jika syaithan tidak kuasa menggoda dan menghadapi beliau.
Untuk ulasan tuntas silakan baca buku Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Karya Buya Dr. Sofyan Dasi, SS, M.Ag. M, M.Hum
Sumber Photo: Google.com
1 comment
Apa makna Isra’ Mi’raj bagi Anda secara pribadi? Apakah Anda merasa perjalanan spiritual ini masih relevan dalam menghadapi tantangan hidup modern? Mari diskusikan pengalaman dan pandangan Anda!